19 November 2019


Unesa.ac.id, Surabaya - Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Unesa kembali mengelar acara English Teaching Conference (ETC) yang ke 5 pada sabtu (16/11). Acara bertemakan an Insight into assessment in language teaching atau wawasan penilaian dalam pengajaran Bahasa Inggris ini dihadiri oleh 300 peserta yang terdiri dari para guru, dosen, praktisi, dan calon pengajar bahasa Inggris atau mahasiswa. Acara ini juga membuka kesempatan untuk para peserta mengirimkan artikel yang bertemakan assessment in SFL frame work, assessment and critical thinking, assessment in national curriculum, assessment and student’s need dan assessment with HOTS and LOTS.
Bertempat di Gedung Continuing Program Development CPD lantai 9, Kampus Lidah Wetan ini menghadirkan tiga narasumber antara lain Helena I.R Agustien Ph.D., selaku pakar SFL (System Functional Linguistic) dari Badan Bahasa Kemendikbud, Prof. Dr. Susanto, M.Pd., pakar Assessment dan salah satu professor di Jurusan Bahasa Inggris, dan Dr. Bradley Horn dari RELO Indonesia (Regional language officer). Bertugas sebagai moderator Dr.Oikurema Purwati, M. Appl. dan Ahmad Munir,Ph.D.
Ketua English Teaching Conference 2019 Rahayu mengatakan bahwa acara ini sepenuhnya memberi kesempatan kepada para guru, dosen, praktisi, dan calon pengajar bahasa Inggris untuk berbagi pengalaman dan wawasan seputar pembelajaran bahasa Inggris. Konferensi ini juga merupakan bagian kegiatan English Teacher’s Best Practices Forum.
Acara dilanjutkan sesi penyampaian materi oleh para narasumber yang diawali oleh Helena. Ia menyampaikan bahwa saat memberi penilaian kepada peserta didik harus memahami maknanya. Makna dalam hal ini menjadi titik fokus yang harus diperhatikan.
“Makna yang dimaksud dan perlu diperhatikan adalah ideational meaning, interpersonal meaning, textual meaning and logical meaning,” ungkap Helena.
Senada dengan Helena. Pendapat lain diutarakan oleh Prof. Dr. Susanto, M.Pd. Ia berpendapat saat mengajar jangan hanya berfokus pada materi namun perhatian kepada peserta didik mengenai ekstrinsik dari materi tersebut.
“Peserta didik harus diperhatikan tentang pemahamannya mengenai materi yang diberikan. Hal tersebut bertujuan untuk mengasahHigh Order Thinking skill (HOTS) dari pada peserta didik,” kata Prof. Susanto.
Sementara itu Dr. Bradley Horn sebagai pembicara terakhir menjelaskan tentang teladan mengajar di abad 21 adalah dengan menggunakan teknologi. Teknologi adalah salah satu solusi untuk masalah yang dialami di era sekarang. Untuk menjadikan kelas yang lebih aktif dan menyenangkan bisa menggunakan applikasi seperti Kahoot. Kahoot merupakan aplikasi yang dibuat oleh Johan Brand, Jamie Brooker dan Morten Versvik di Norwegia yang sangat efektif untuk mengajar dikelas dan mengurangi kebosanan siswa dalam belajar.
English Teaching Conference 2019 ditutup dengan penyerahan cendera mata oleh Ketua pelaksana kepada narasumber dan moderator. (wulida/why)