24 September 2019


Unesa.ac.id, Surabaya – Dalam upaya mencetak mahasiswa yang cerdas untuk menggunakan media dan literasi, kali ini Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni menggelar Seminar Nasional FBS 2019 di lantai 9, Gedung LP3M, Kampus Lidah Wetan, Minggu (22/09). Tema yang diangkat sangat dekat dengan kehidupan mahasiswa saat ini yaitu “Millenial Ideal, Cerdas dalam media dan literasi”. Acara ini diikuti sekitar 309 peserta yang tidak hanya diikuti universitas di Surabaya bahkan dari luar kota.
Acara ini dihadiri oleh Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FBS, Syafiul Anam, S.Pd., M.Pd., serta tiga pembicara Inspiratif di bidangnya, Pandji Pragiwaksono, Audrey Maximillan selaku CEO Riliv dan Faris Andani selaku seorang penulis.
Penampilan Pandji banyak ditunggu oleh para peserta. Dalam stand up yang ia bawakan, Pandji membahas banyak hal terkait aspek kehidupan, tentunya dikemas dengan candaan cerdas dan kritis. Ia mengatakan kehidupan tidak ditentukan dari awal memulainya, namun cara untuk menjalankan hidup menjadi prioritas utama.
“Awali segala kehidupanmu ini dengan baik, namun nikmatilah proses yang terjadi dan nikmatilah hasil proses kehidupanmu. Ingat jangan biarkan faktor lain menjadi penentu hidupmu, tapi tentukanlah hidupmu dari dirimu sendiri,” ujar Pandji.
Selain itu, ia juga menyampaikan banyak hal yang sesuai dengan tema terkait dengan media yaitu hoax. Menurut Pandji mahasiswa yang cerdas tidak akan pernah termakan dengan berita hoax.
“Jangan terburu-buru untuk memberi reaksi apapun dari yang kita lihat dan cari kebenaran sumbernya. Memang sulit membiasakan hal tersebut, namun dengan bertindak terburu-buru tanpa menyaring informasi juga akan menimbulkan kesalahan dalam berinformasi. Cerdaslah”, imbuh Pandji.
Jika Pandji mengajak untuk cerdas menghadapi berita hoax, beda lagi dengan Audrey Maximillan yang memaparkan cerdas dalam berkontribusi dan memanfaatkan waktu untuk hal-hal positif yang berguna bagi orang lain. Menurut Audrey orang sukses berawal dari cerdas dalam mengatasi kegagalan.
“Gagal itu hal yang wajar semakin cepat gagal semakin kita tau mana yang harus diperbaiki. Kegagalan dalam memulai sesuatu yang baru adalah hal yang wajar, terus berinovasi dalam menemukan hal – hal baru. Sehingga peluang sukses cukup besar,” terangnya.
Sementara itu Faris Andani lebih condong menjelaskan terkait mengontrol diri dalam menggunakan media. Menurutnya seorang mahasiswa harus pandai dalam mengelola media dan jangan sampai media mejadi pengontrol diri seseorang. Faris menambahkan media dapat dijadikan peluang untuk berkarya. Menurutnya Era Digital yang kian berkembang memperluas peluang generasi milenial untuk sukses dalam dunia media. (wulidah/hasna/why)