23 July 2020


Unesa.ac.id-Surabaya, Rabu, (22/07) Jurusan Pendidikan dan Sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya kembali menggelar webinar seri ke-4 dengan tema Learner and Teacher Autonomy During The Pandemic dengan narasumber Dr. Andrzej Cirocki, Assistance Professor in English Language Education, Department of Education di University of New York, UK.
Webinar yang dimoderatori oleh Dosen Bahasa dan Sastra Inggris Unesa, Himmawan Adi Nugroho, S.Pd., M.Pd., itu digelar melalui platform zoom meeting conference dan diikuti oleh 300 peserta dari berbagai daerah di Indonesia, Filipina, dan Singapura. Selain itu, Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya juga mengembangkan SARGAM yaitu Webinar Lewat Telegram agar seluruh peserta dapat tertampung dan mengikuti kegiatan sarasehan dengan baik.
Prof. Dr. H. Bambang Yulianto, M.Pd., dalam sambutannya menyampaikan bahwa webinar kali ini merupakan wujud kepedulian dari Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Unesa terhadap pandemi Covid-19. Bambang berharap setelah mengikuti webinar kali ini, peserta dapat mengimplementasikan ilmu yang didapat kepada peserta didik, sehingga pembelajaran jarak jauh di masa pandemi ini menjadi semakin efektif.
“Semoga setelah sesi ini, para peserta webinar dapat memperoleh gambaran baru dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh di masa pandemi. Selain itu, tetap semangat dan kesehatan dan tetap menaati 5M & MIO,” ujar Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Negeri Surabaya.
Dr. Andrzej Cirocki atau yang biasa disapa dengan Dr. Andi menyampaikan materi tentang konsep otonomi pelajar dan otonomi guru dalam belajar dan pembelajaran, pentingnya penerapan otonomi pelajar dan otonomi guru dalam belajar dan pembelajaran, serta meningkatkan kesadaran tentang otonomi belajar selama pembelajaran jarak jauh dimasa pandemi.
Menurutnya, pandemi covid-19 memiliki dampak positif dan negatif. Bagi pandangan sistem Pendidikan, pandemi saat ini sangat menuntut guru dan dosen untuk terus kreatif dalam menyusun pembelajaran jarak jauh secara daring agar tetap efektif. Dengan pembelajaran jarak jauh secara daring ini mengharuskan para guru dan dosen untuk membuat ulang kurikulum, membuat ulang sistem penilaian, dan membuat ulang peraturan dan ini semua harus dilakukan sesegera mungkin agar pembelajaran tidak terhambat. Karenannya, masa pandemi ini memberikan dampak yang cukup baik kepada sistem pendidikan yang mana memudahkan guru dalam menerapkan otonomi belajar dalam pembelajaran jarak jauh secara daring. Selain itu, Sistem pendidikan harus menentukan cara baru untuk mengajar secara jarak jauh agar tetap efektif bagi siswa dan guru.
“Pembelajaran jarak jauh ini sangat menuntut guru dan dosen untuk kreatif dalam menyusun rencana pembelajaran. Selain itu, guru dan dosen harus memberikan kesempatan kepada siswa-siswinya untuk berfikir kreatif, mampu berkolaborasi, percaya diri, bertanggung jawab dan mampu untuk menjadi pemimpin. Karenanya, implementasi otonomi belajar sangatlah penting,” ujar Dr. Andi
Selain itu, menurut Dr. Adhi, otonomi pelajar dan otonomi guru dalam pembelajaran itu saling berhubungan. Guru atau dosen yang menerapkan pembelajaran mandiri atau otonomi belajar dalam pembelajaran akan menghasilkan siswa yang mandiri pula. Melalui pembelajaran mandiri atau otonomi belajar para siswa dapat merefleksikan pengalaman-pengalaman mereka dan juga tantangan tentang bagaimana menuangkan ide-ide atau teori-teori yang mereka peroleh melalui pengalaman.
Sementara itu, untuk mengembangkan dan mengimplementasikan otonomi belajar itu sangatlah susah karena otonomi belajar berdasarkan atas beberapa faktor seperti sifat dan sikap, keyakinan, motivasi, kepribadian, budaya, keluarga dan kurikulum. Karenanya, dalam mengimplementasikan otonomi belajar guru dituntut untuk berfikir kreatif dalam menyusun pembelajaran jarak jauh terutama di masa pandemi seperti sekarang. Guru harus menyusun pembelajaran yang efektif yang dapat memudahkan siswa untuk belajar.
“Tujuan dari otonomi belajar yaitu untuk meningkatkan cara berfikir kritis, berkolaborasi, bertanggung jawab, percaya diri, dan mampu menjadi leader. Semua ini harus dimiliki oleh para siswa dan guru,” ujar Dr. Andi.
Menurutnya, menjadi guru atau dosen di masa 21st century harus kreatif dan mampu beradaptasi oleh teknologi. Terutama dimasa pandemi seperti ini yang mana pembelajaran menggunakan pembelajaran jarak jauh secara daring dan mengharuskan guru dan dosen untuk membuat pembelajaran yang efektif.
“There are 8 characteristics of teacher in 21st century such as the adaptor, the communicator, the learner, the visionary, the leader, the model, the collaborator and take risk,” ucapnya. (Wulida)