13 August 2019


Unesa.ac.id, Surabaya - Hasil penelitian WHO yang dirilis Maret 2018 menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan penduduk Indonesia akan jamu tradisional mencapai 80% dari total penduduk. Hasil penelitian WHO tersebut dapat dipahami karena jamu dipandang tidak beracun serta khasiatnya teelah terbukti dan teruji oleh waktu dengan bukti empiris pada manusia selama ribuan tahun. Sesuai data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) per Maret 2018, terdapat sekitar 1459 pengusaha jamu dari jumlah tersebut 1118 terklasifikasi sebagai usaha kecil dan menegah. Jamu yang di produksi di UKM jamu bermacam-macam seperti beras kencur, kunyit asam, dan sinom dengan bahan baku jahe, kunir, kunyit, asam jawa , sirih, dan temulawak. Proses produksi dimulai dari persiapan dan pengupasan bahan baku, lalu pencucian, pengolahan menjadi jamu, dan pengemasan. Pertama, bahan baku jamu seperti kunyit dan kunir di menggunakan cara konvensional dengan pisau. Setelah bahan baku dikupas, lalu dicuci dengan air mengalir supaya bahan baku lebih bersih. Selanjutnya, bahan baku diolah menjadi jamu seperti diblender, dimasak dengan panci, dan ditambahi bebapa bahan sesuai jenis jamunya lalu diaduk. Setelah jamu masak, jamu didinginkan kurang lebih satu jam. Apabila jamu sudah dingin, jamu sudah siap untuk dikemas dengan cara memasukkan cairan jamu ke dalam kemasan.
Persoalan Prioritas UKM Jamu terdapat pada proses pengupasan bahan baku jamu. Hal ini disebabkan karena proses pengupasan bahan baku jamu yang bentuknya tidak beraturan pada UKM jamu masih menggunkan cara konvensional dan tradisional yakni dengan pisau. Selain memerlukan waktu lama yang melelahkan pekerja di awal proses serta tenaga berkurang di proses berikutnya ini mengakibatkan proses produksi jamu tidak efektif, proses ini juga tidak aman karena pisau bisa melukai tangan pekerja dan kurang higienis karena bahan baku jamu banyak tersentuh oleh tangan.
Hal ini menjadi sorotan Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya untuk membuat Inovasi. Salah satunya yakni inovasi yang diberi nama Mesin Pengupas Serbaguna (SIPENA). Dalam alat ini dilengkapi dengan AUTO WAW (Automatic Water Washer) untuk Meningkatkan Produktivitas dan Efektivitas UKM Jamu Tradisional. Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya yang memiliki gagasan tersebut ialah Rizky Eka Saputra, Arifani Catri Mutia, Jovanca Andrian Christano, Ikhwan Ervianto, Afani Rizky Ramadhan dengan Dosen Pembimbing Dr. Yunus, M.Pd.
Proses pengupasan pada mesin ini menggunakan sistem rotary yang memanfaatkan gaya centrifugal, ketika mesin dinyalakan, motor ¼ HP yang terhubung pada transmisi akan memutar piringan pengupas yang ada pada panci pengupas dan kemudian bahan baku yang terdapat di dalamnya akan berputar searah jarum jam lalu menabrak dinding dan lantai panci pengupas, pada saat ini juga bahan baku saling bergesekan satu sama lain dibantu oleh air yang disemprotkan oleh water washer, kulit hasil proses pengupasan akan jatuh kebawah menuju pembuangan yang kemudian disaring oleh unit filter, air yang digunakan untuk proses tersebut akan disirkulasikan kembali selama proses berlangsung sampai selesai. (why)