09 August 2019


Surabaya, Unesa.ac.id - Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) maupun kekerasan dalam pacaran (KDP) akhir-akhir ini semakin menyeruak. Kebanyakan korbannya adalah perempuan. Data Komnasham Indonesia tahun lalu kasus kekerasan terhadap perempuan juga anak naik 14 persen dari tahun sebelumnya.
Hal itu disebabkan banyak orang yang keliru memahami relasi antara perempuan dan laki-laki. Atas dasar itulah, Pusat Studi Gender dan Anak Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menggelar sosialisasi dan Workshop penyusunan proposal penelitian bertema Keadilan, kesetaraan gender dan inklusi sosial (KKGIS) di Gedung Rektorat Lantai 6 Unesa Kampus Lidah Wetan, 7 Agustus 2019.
Kegiatan tersebut merupakan salah satu langkah akademis yang ditempuh untuk menekan angka kekerasan perempuan, anak dan inklusi sosial di tengah masyarakat. Langkah itu juga sebagai upaya merancang roadmap penelitian tentang tema tersebut sehingga tepat sasaran, efektif dan menyadarkan masyarakat pada umumnya dan para pengambil kebijakan.
Prof. Dr. Emy Susanti MA sebagai pemateri pertama menegaskan bahwa rancangan penelitian tiga tema tersebut harus digarap secara serius dan harus mampu mengangkat, menggali, dan menganalisa segala persoalan mulai dari hulur hingga hilir di balik kasus-kasus kekerasan dan inklusi sosial yang masih marak. "Makanya meneliti harus berangkat dari masalah, meneliti dengan jiwa dan membumikan hasilnya sehingga mampu merubah mindset masyarakat," tegas perempuan guru besar Universitas Airlangga itu.
Dr. Ir. Iriyanti Ina Restiani, M.Si mengatakan bahwa selain menguasai isu, rancangan dan metode penelitian juga harus kuat. Metode penelitian ibarat pisau. Maka memilih metode harus yang tepat untuk mengupas dan menguliti berbagai persoalan yang kadang berlapis-lapis. "Intinya, meneliti apapun itu harus dicarikan bagian dari pengabdian diri untuk memberikan kontribusi pada perkembangan dan keberlangsungan kehidupan masyarakat tanpa penindasan, kekerasan apapun bentuk dan jenisnya.
Kegiatan itu antusias diikuti oleh sekitar 100 Dosen dari berbagai Fakultas dan Program Studi di Unesa. Selain banyak peserta yang melontarkan pertanyaan kepada pemateri. Peserta juga langsung mengusulkan ide gagasan tentang isu dan arah penelitian yang akan mereka lakukan. "Semoga ini awal yang baik, dan Unesa bisa menjadi kampus yang terdepan dalam merespon dan menjawab isu kekerasan, penindasan, gender dan inklusi sosial," harap Prof. Dr. Darni, M.Hum Ketua LPPM Unesa. (vin/why)