19 July 2022


Unesa.ac.id, SURABAYA-Dihadiri rektor Universitas Negeri Surabaya (UNESA), diklat orientasi akademik dilaksanakan pada Senin, 18 Juli 2022 secara daring. Kegiatan ini merupakan pembuka program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan Kategori I UNESA Tahun 2022.
Program ini dimaksudkan untuk mempersiapkan lulusan S-1 kependidikan dan non-kependidikan yang profesional dan berkompeten. Rektor, Prof, Nurhasan, M.Kes., mengatakan bahwa PPG yang dilaksanakan tahun 2022 ini akan berbeda, yakni diawali dengan belajar mandiri dalam rangka merdeka belajar.
“Zaman terus bergerak dengan segala tuntutan dan kebutuhannya. Guru pun harus beradaptasi sesuai kebutuhan pendidikan di lapangan. Masa depan anak-anak bangsa dan negara ini ada di tangan para gurunya. Guru harus menjadi contoh, teladan selain memiliki kompetensi,” tandasnya.
Dia melanjutkan, PPG UNESA sudah mengantongi akreditasi A dari BAN-PT dan tahun ini diikuti sebanyak 1.594 mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Drs. Fatkur Rohman Kafrawi., M.Pd., Kepala Pusat PPG UNESA mengatakan bahwa diklat ini searah dengan tujuan PPG yakni menghasilkan guru sebagai pendidik profesional yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berilmu, adaptif, kreatif, inovatif, dan kompetitif dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Dalam rangka menyukseskan kegiatan orientasi ini, ada 129 civitas academica yang dimasukkan ke kepanitiaan termasuk pimpinan dan jajaran tendik. Tujuannya untuk memastikan mutu pelayanan dan kualitas lulusan.
Dr. Bachtiar Syaiful Bachri, M.Pd., Ketua LP3 UNESA menambahkan, menjadi guru masa depan berdasarkan filosofi pendidikan Indonesia haruslah memandang anak dengan rasa hormat, mengajar dan mendidik secara holistik, serta mengajar dan mendidik secara relevan. Relevan yang dimaksud adalah sesuai kebutuhan siswa yang dihadapinya.
Hal menarik yang dibahas Dr. Endah Budi Rahaju, M.Pd. Menurutnya, permasalahan literasi bukan saja tanggung jawab guru bahasa Indonesia, dan begitu juga numerasi yang dianggap hanya boleh diampu oleh guru matematika. Capaian kompetensi ini memerlukan upaya lebih dari para guru tanpa memandang jurusan atau mata pelajaran untuk mencapai pemahaman dan nantinya siswa dapat menghadapi tuntutan zaman.
Salah satu mahasiswa PPG, Elyta pada kesempatan itu bertanya tentang konsep komunikasi yang diterapkan pada siswa ABK. Menurut Endah, komunikasi yang diterapkan perlu disesuaikan untuk semua kondisi dan kebutuhan siswa yang tentunya berbeda, baik itu pada siswa berkebutuhan khusus maupun non-berkebutuhan khusus.
Mengutip pernyataan ketua LP3, Endah melanjutkan bahwa pendidik ibarat petani, yakni mengkondisikan padi itu untuk tumbuh dengan baik disesuaikan dengan kapasitas dan kapabilitasnya. Diharapkan diadakannya diklat orientasi PPG ini dapat semakin meningkatkan profesionalitas guru dalam keberpihakan dan memenuhi kebutuhan siswanya. [HUMAS UNESA]

Penulis: Faizur Rahmatin
Editor: @zam Alasiah*