02 August 2018


unesa.ac.id-Surabaya, Gebyar festival Panji Nusantara sukses digelar di beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur seperti Pasuruan, Malang, dan Kediri pada awal Juli kemarin. Tidak mau ketinggalan, Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Unversitas Negeri Surabaya juga ikut menyemarakkan pekan raya panji nusantara tersebut dengan mengadakan kuliah tamu yang bertajuk “Transformasi Budaya Panji Jawa Timur”, (26/07).
Acara yang dilaksanakan di Aulau Srikandi FISH Unesa tersebut diikuti sekitar 110 peserta yang terdiri dari mahasiswa Pendidikan Sejarah dari berbagai angkatan, alumni, dan para dosen. Selain itu, turut hadir dua orang tamu dari Jepang, yakni Dr. Akiko Nozawa, Ph.D., dari Nagoya University dan Hajime Hasegawa, Ph.D., (Professor of Media Studies) dari Meji Gakuin University.
Pada kuliah tamu kali ini, Jurusan pendidikan Sejarah sengaja mendatangkan langsung narasumber yang berkompeten dalam bidang budaya panji, yakni Dr. Lydia Kieven., Ph.D., dari Frankfrut University Jerman. Perempuan kelahiran 1956 tersebut banyak terlibat dalam kegiatan dan penelitian” Budaya Panji Jawa Timur” yang telah berkembang beberapa tahun belakangan ini.
Lydia berhasil meraih gelar doktornya di University of Zidny dan sekarang mengajar di Depaertemen Study Asia Tenggara di Universitas Frankfrut dan Universitas Bonn. Tidak hanya itu, Lydia juga telah mempelajari relief candi Jawa Timur lebih dari dua puluh tahun dan merupakan penyumbang bahan pada buku Worshiping Siva anda Buddha olen Ann Kinney, yang diterbitkan pada 2003. Buku-buku mengenai budaya panji juga banya yang duadah ia tulis.
Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah, Drs. Yohanes Hanan Pamungkas, M.A., mengatakan kuliah tamu ini diadakan untuk memperkenalkan dan memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang budaya panji di Nusantara, khususnya di Jawa Timur. Ini menjadi penting menurut Hanan, karena masih banyak orang yang belum mengetahui apa itu budaya panji.
Menurut Hanan budaya panji itu adalah segala seni yang berkaitan dengan tokoh panji dan budaya panji tidak hanya berupa sastranya saja, tetapi juga di dalam seni pertunjukan yang sudah mengjankau negara-negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, Burma, dan Filiphina. Bahkan menurut Hanan, pada masa kerajaan Majapahit cerita-cerita panji itu sudah sampai kemana-mana.
“Sekarang budaya panji itu sedang diusulkan untuk menjadi memory of the world dan sudah diterima oleh UNESCO, sebagai warisan dari budaya dunia yang perlu kita ketahui. Tapi sayangnya panji ini belum dikenal siapa sebenarnya. Karakternya kayak apa? Sebetulnya apabila digali lebih dalam panji ini bukan sekedar cerita, tetapi memberikan inspirasi kepada kita semua bagaimana orang yang selalu mengingkan persatuan”, ujar Hanan.
Sementara itu, Dr. Lydia Kieven, Ph.D., selaku pemateri, merasa sangat bergembira sekali dan terkejut dengan antusiasme aundiens. Dari pertanyaan–pertanyaan yang diajukan oleh audiens, Lydia tidak menyangka kalau audiens juga banyak yang tertarik dengan budaya panji, bahkan tidak ada ada audiens yang beranjak dari tempat duduknya sampai acara itu selesai.
Menurut Hanan, Lydia Keiven tidak hanya sekedar memberikan materi kuliah tamu di universitas-universitas, Keiven juga mengajari komunitas-komunitas di jawa timur agar lebih mengerti budaya panji. Hasilnya Budaya panji ini sekarang banyak digandrungi oleh anak-anak muda, terutama di daerah-daerah yang memang digalakkan budaya panji, seperti Kediri dan Blitar. Mereka berusa menerjemahkan budaya panji dalam kekinian dengan mengangangkat apa-apa yang berakar dari panji itu.
“Harapannya dengan adanya isu-isu heritage, seperti budaya panji ini, Unesa ini tidak tertinggal, tetapi selalu ikut dalam perkembangan suatu kebudayaan, baik yang tangible (tampak) atau yang intangible (tidak tampak), seperti budaya panji kita juga harus tahu bagaimana perkembangannya”, Ujarnya. (Ina/why)