23 November 2022


Unesa.ac.id, SURABAYA—Satuan Inovasi dan program studi Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) bersama PUIPT-ARCON mengadakan kuliah tamu dengan tema “The Future of Web 3.0: NFT, Metaverse, Dapps, dan DAO” di Auditorium, Lantai 4, Gedung T14 pada Selasa, 22 November 2022.
Acara ini diikuti ratusan mahasiswa DKV semester 1-5 dan mahasiswa Seni Rupa Murni angkatan 2022. Pembicara seminar ini adalah Adrian Zakhary, Founder MAJA Labs dan Komisaris PT Perkebunan Nusantara VIII.
Kaprodi DKV, Marsudi, S.Pd., M.Pd., mengatakan, seminar ini dimaksudkan untuk membicarakan atau mendiskusikan seputar Web 3.0 yang tengah hangat jadi perbincangan dunia. Pembahasan NFT dan Metaverse tak ada habisnya saat ini. Dia berharap, ini dapat membekali mahasiswa sehingga bisa menjadi referensi dalam melahirkan inovasi ke depan.
Pada sesi materi, Adrian menyampaikan, dunia digital semakin berkembang pesat. Inovasi terus berkejaran. Nah, jika berbicara soal digital menurutnya itu membicarakan soal aplikasinya atau sosial media. Dan ini tidak bisa lepas dari mindset.
Baginya, perkembangan digital harus dibarengi dengan perkembangan mindset digital. Dengan begitu, bisa membuat penggunanya bijak berdigital atau berperilaku bijak dalam dunia digital. “Bagus lagi kalau kita sampai di level pemanfaatan digital yang optimal untuk mendukung kinerja atau berinovasi,” ucapnya.
Ke depan, orang yang bisa sukses di antaranya pegiat seni dan desain karena dapat menjual aset digital ciptaannya. Salah satunya adalah Superlative Secret Society (SuperlativeSS). Ini bermula dari eks pegawai divisi desain grafis di salah satu perusahaan pertelevisian di Indonesia dan menjual aset-aset desainnya yang berupa Doodle-Art.
“Kalau soal metaverse, itu lebih ke arah lingkungan, jika dalam satu ruangan itu tidak bisa disebut metaverse,” ungkapnya.
Metaverse datang bukan dari istilah teknologi, tetapi dari seorang novelis, Neal Stephenson, lewat novelnya yang berjudul ‘Snow Crash’. Novel tersebut membicarakan tentang masa depan, selayaknya ketika kita memiliki suatu kembaran.
Adrian mengingatkan, metaverse tidak bisa dilakukan pada sistem sentralisasi, karena bisa terjadi kesalahan ketika banyak yang mengakses, metaverse menggunakan sistem desentralisasi yang memudahkan pengguna.
Di akhir materi, Adrian memperkenalkan MAJA Labs yang mengembangkan Web 3.0 di Indonesia. MAJA Labs juga menaungi beberapa project dan seniman NFT, Digital Fashion, pameran AR dan VR.
Cara luring ini dihadiri jajaran prodi, dosen dan peserta. “Semoga apa yang dibahas dalam kuliah umum menjadi gambaran buat kita semua untuk memproyeksikan perkembangan zaman ke depan, sehingga dosen, mahasiswa bisa menentukan langkah inovasi sesuai bidangnya ke depan,” harap Asy Syams Elya Ahmad, S.Pd., M.Ds., dari Divisi Seni dan Industri Kreatif, Satuan Inovasi UNESA. [HUMAS UNESA]
Penulis: Windasari Dwiastuti
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas UNESA