03 April 2024


Kiri ke kanan: Rojil Nugroho Bayu Aji, S.Hum., M.A., dosen sejarah sekaligus Kadiv IMBBN; Qurrota Ayun Zakiyyati dosen Pendidikan Agama Islam; dan host, Kamalia duta AKS UNESA.
Unesa.ac.id., SURABAYA—Program Ngabuburit Bareng Genzi episode ketiga bulan Ramadan menghadirkan topik yang ditunggu-tunggu kalangan muda-mudi pada Kamis, 28 Maret 2024. Topik yang dimaksud yaitu terkait jodoh dan jomlo yang dikupas oleh dua narasumber; Qurrota Ayun Zakiyyati dosen Pendidikan Agama Islam dan Rojil Nugroho Bayu Aji, S.Hum., M.A., dosen sejarah UNESA.
Rojil Nugroho Bayu Aji mengatakan bahwa banyak sekali saat ini anak-anak muda yang merasa stres karena belum memiliki pasangan. Bahkan ada yang menganggap jomlo sebagai aib dalam relasi pertemanan mereka.
Padahal, menurutnya itu hal yang wajar. Yang perlu dilakukan yaitu memantaskan diri agar pantas dengan calon pasangan. Memantaskan diri tidak hanya merias, tetapi juga dari berbagai aspek, seperti kalau laki-laki bisa meraih cita-cita tertentu sehingga hasilnya nanti bisa menjadi salah satu upaya untuk menggaet pasangan.
Dia mengingatkan agar anak-anak muda untuk tidak terjebak dalam relasi pacaran, dari luar itu tampaknya indah, tetapi sebenarnya itu juga bisa membinasakan. Relasi apapun namanya itu harus terarah dan tidak merusak moral.
Qurrota Ayun Zakiyyati menambahkan, jodoh merupakan salah satu bentuk takdir yang bersifat ikhtiar. Dengan kata lain, untuk menjemput jodoh, perlu ada usaha yang dilakukan.
Dia mengibaratkan jodoh itu seperti seseorang sedang ada dalam kamar dengan lampu yang padam. Jika seseorang itu tidak berdiri atau bergerak untuk menyalakan lampu itu maka dia akan terus ada dalam suasana gelap.
"Menjemput jodoh tetap harus mengindahkan syariat agama," tukas dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam di sejumlah prodi itu.
Tanda dan Persiapan
Ada beberapa tanda yang bisa dilihat bahwa seseorang itu berpotensi menjadi jodoh. Pertama, cerminan diri dengan seseorang. Jika ingin mendapatkan pasangan yang baik atau sholeh atau sholehah, apakah kita sudah baik dan sholeh-sholehah.
Kedua, ada perasaan tentram, kecocokan, dan kesenangan di dalamnya, sehingga ada ketentraman ketika menjalin bahtera rumah tangga dengannya. Ketiga, ada dukungan atau restu orang tua.
"Yang perlu diingat, menikah bukan hanya menyatukan dua insan, tetapi juga menyatukan dua keluarga besar, karena itu restu orang tua sangatlah penting. Rida Allah terletak -pada rida orang tua," ucapnya.
Ayun Zakiyyati berpesan agar tidak menikah karena takut ditanya keluarga, takut dibilang jomlo, atau karena desakan orang tua. Niatkan untuk mendapatkan jodoh karena mengharap rida Allah SWT.
Dalam mencari jodoh, ada beberapa yang harus diperhatikan. Pertama, soal niat. Niat harus lurus, karena segala sesuatu tergantung pada niatnya. Kalau niat sudah baik, maka Allah akan atur jalan ikhtiar yang baik dan sesuai dengan ketentuannya.
Kedua, muhasabah atau introspeksi diri untuk diperbaiki ke depan. Seperti mungkin emosional, masih suka maksiat dan sebagainya, itu perlu diperbaiki. Perbaikan diri merupakan bagian dari ikhtiar untuk mendatangkan yang baik-baik.
Ketiga, selain berikhtiar melalui jalur bumi, juga perlu menempuh jalur langir dengan cara berdoa dan meminta rida Allah untuk memudahkan semua ikhtiar dan mendapatkan pasangan yang sesuai perintah-Nya.
Kaitannya dengan menikah, ada yang harus dipersiapkan. Bekal yang utama sebelum menikah ialah ilmu sebagai cahaya dalam mengarungi lorong rumah tangga yang kadang lurus, naik dan turun. Nahkoda yang berilmu tahu cara menyebrangi samudra dengan aman sampai tujuan.
Sebagai informasi, Ngabuburit Bareng Genzi merupakan program rutin Direktorat Pencegahan dan Penanggulangan Isu Strategis (PPIS) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) selama bulan Ramadan. Kali ini program tersebut mengangkat tema "Ngaji Perjodohan Bagi Para Jomlo". []
***
Reporter: Fatimah Najmus Shofa (FBS)/Sindi Riska (Fisipol)/Nelly (FIP)
Editor: @zam*
Foto: Dokumentasi Tim Humas
Streaming Ngabuburit Bareng Genzi: https://www.youtube.com/watch?v=iNq1f8Vug7