02 December 2021


Unesa.ac.id, Surabaya - Universitas Negeri Surabaya (UNESA) mengadakan Pelatihan Konseling Traumatik bagi Guru BK SMA Kota Surabaya beberapa waktu lalu. Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk membekali para guru BK di Surabaya agar bisa mengantisipasi dan membantu para korban bullying di sekolah.
Ketua pelaksana kegiatan, Dr. Muchamad Nursalim, M.Si., mengatakan bahwa pelatihan itu merupakan atas kerja sama antara Jurusan BK FIP UNESA dan MGBK SMA Kota Surabaya. Ada sekitar 20 peserta yang terlibat dalam pelatihan tersebut. Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman konselor atau guru BK SMA di Surabaya tentang bullying dan pengaruhnya pada post traumatic stress disorder (PTSD) yang dialami.
Selain itu, juga untuk meningkatkan kemampuan konselor atau guru BK SMA di Surabaya dalam menurunkan trauma anak yang dipicu bullying dengan menggunakan konseling traumatik. Menurutnya, pelatihan itu penting dilakukan untuk mengatasi berbagai trauma dan kecemasan yang dialami anak-anak di sekolah. Kondisi traumatik bisa dipicu banyak hal, di antaranya seperti perkelahian dan bahkan bullying.
“Dibully temannya atau habis perkelahian, anak kadang bisa cemas berlebihan yang bisa berdampak pada belajar dan pertumbuhan mentalnya,” ujarnya. Untuk mengatasi hal-hal seperti itu di sekolah dan membekali para guru untuk mengantisipasi dan mengatasi traumatik anak di sekolah, ia dan timnya memberikan pelatihan tersebut.

Pelatihan itu dilaksanakan selama tiga bulan secara terjadwal yang terdiri dari penyampaian materi dan praktek konseling di sekolah masing-masing.
Pada sesi penyampaian materi melibatkan tiga pemateri; 1) Dr. Mochamad Nursalim, M.Si., pakar Konseling dan psikologi, kepakaran utama yang dikuasai dalam kegiatan ini berupa konseling traumatis dan PTSD; 2) Dra. Titin Indah Pratiwio, M.Pd., pakar Konseling dan psikologi, kepakaran utama yang dikuasai dalam kegiatan ini berupa materi bullying; Evi Winingsih, S.Pd, M.Pd., juga pakar Konseling dan psikologi, kepakaran utama yang dikuasai dalam kegiatan ini berupa konseling traumatis.

Dra. Titin Indah Pratiwi, M.Pd., mengatakan bahwa penderita trauma perlu disembuhkan, salah satunya dengan pendekatan atau model intervensi yang eklektik. Intervensi atau treatmen yang diberikan hendaknya fokus kepada masalah-masalah psikososial yang dihadapi penderita trauma sebagai konseli, serta melalui penggunaan metode atau teknik yang bervariasi.
Salah satu strategi penanganan trauma bisa lewat konseling BESCB. Konseling ini didasari anggapan bahwa kenangan traumatis yang dialami seseorang tersimpan dalam dalam daerah otak subkortikal-bawah sadar.

Penelitian menunjukkan, lanjutnya, ketika seseorang mengalami trauma, ada bagian dari otak yang mengatur emosi menjadi semakin aktif dan tidak terkendali. Untuk itu, orang yang mengalami pengalaman traumatis harus segera mendapatkan pemberian bantuan secara psikologis untuk menghilangkan gangguan yang dirasakan.
“Semoga dengan pelatihan ini, guru terampil dalam mengatasi dan menangani trauma yang muncul di sekolah, sehingga sekolah menjadi tempat yang nyaman dan ramah untuk anak dalam beajar dan mengembangkan diri,” harapnya. [Humas UNESA]