29 August 2021


Unesa.ac.id, SURABAYA-Bintang laut merupakan hewan invertebrata yang termasuk dalam filum Echinodermata dan termasuk kelas Asteroidea. Hewan laut ini merupakan salah satu sumber penghasil senyawa bioaktif dan memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, antiinflamasi dan masih banyak lagi.
Selain memiliki kandungan tersebut, bintang laut ternyata juga berpotensi sebagai bioindikator logam berat. Itulah yang diteliti mahasiswa FMIPA UNESA di sepanjang Pantai Bangkalan, Madura.
Mahasiswa yang tergabung dalam Tim PKM-RE itu adalah mahasiswa jurusan Biologi yang terdiri dari Yusfita Kurniawati, Arneta Yolanda Maramis, dan Istatik Mudloifah. Ide riset tersebut, kata Yusfita, terinspirasi dari keunikan kekayaan alam Indonesia yang tentunya memiliki banyak manfaat. Namun, banyak dimanfaatkan masyarakat.
Ia melanjutkan bahwa bintang laut memiliki nilai penting secara ekologis, di antaranya hewan ini berasosiasi dengan terumbu karang, pembersih pantai dari material organik sehingga berpotensi sebagai bioindikator laut.
Bintang laut (Asteroidea) juga memegang peranan penting dalam lingkungan pantai, yakni memakan bangkai dan cangkang-cangkang mollusca yang mengotori pantai, sehingga bintang laut dikenal sebagai hewan pembersih laut. “Dari manfaat inilah ide PKM RE tercetus dan berhasil lolos pendanaan dari Simbelmawa,” tukas Yusfita.
Ketua tim bimbingan Dwi Anggorowati Rahayu, S.Si., M.Si itu menjelaskan bahwa riset tersebut amat penting dilakukan, sebab lewat bintang laut dapat mendeteksi kandungan logam berat timbal (Pb) air laut di pantai utara dan selatan Madura.
Hasil sementara penelitian mereka adalah bintang laut memiliki potensi sebagai bioindikator logam berat timbal yang diakibatkan oleh pembuangan limbah industri. Indiktor yakni ditandai dengan rendahnya keanekaragaman bintang laut dan menurunnya jumlah individu bintang laut seiring dengan meningkatnya konsentrasi logam berat di masing-masing pantai.
Selain itu, bintang laut juga memenuhi spesifikasi biota yang dapat digunakan sebagai bioindikator, yaitu tidak dapat bergerak cepat, memiliki jaringan tubuh yang lunak serta memperoleh makanan dari zat-zat organik yang berada di dasar perairan, mudah diidentifikasi dan dapat mengakumulasi zat-zat polutan.
Kondisi lingkungan dari bintang laut adalah pH (6-7). Data ekologi ini diharapkan dapat dijadikan pedoman untuk usaha pelestarian bintang laut pada masa mendatang, imbuh Arneta yang merupakan salah satu tim Asteroidea UNESA.
"Hasil penelitian tim Asterioidea UNESA ini memberikan peluang dilakukannya penelitian lanjut terkait sebaran, data molekuler, gizi, dan pengelolaan bintang laut ini secara berkelanjutan," kata Istatik. (Humas UNESA)