12 June 2021


Unesa.ac.id, Surabaya–Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satunya bisa lewat optimalisasi program Pendidikan Profesi Guru (PPG) seperti yang dilakukan Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Guna mendukung upaya tersebut, UNESA mengadakan rapat koordinasi pelaksanaan PPG dalam jabatan tahap pertama tahun 2021 pada 11-12 Juni 2021 di Hotel Arcadia, Surabaya.
Acara tersebut diikuti sekitar 95 peserta, 46 di antaranya merupakan guru pamong. Acara ini dihadiri oleh Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd Wakil Rektor Bidang Akademik, Dr. Mochamad Nursalim, M.Si selaku Dekan FIP, Prof. Dr. Madlazim, M.Si Dekan FMIPA, dan Dr. Bachtiar Syaiful Bachri, M.Pd selaku kepala LP3 Unesa. Selain itu, juga hadir Drs. Fatkhur Rahman Kafrawi, M.Pd selaku Kapus PPG Unesa, anggota SPI beserta jajarannya.
Fatkhur Rahman mengaku bahwa tahun ini sekitar 50% peserta memang diisi oleh para guru pamong. Mereka berasal dari berbagai daerah seperti Surabaya, Bojonegoro, Jombang, dan Pasuruan. Dalam pertemuan kali ini, ada banyak yang akan dibahas seperti verifikasi data mengenai jadwal pengajaran dosen, evaluasi uji komprehensif, evaluasi PPL siklus satu dan masih banyak yang lainnya.
Kapus PPG tersebut mengaku, tujuan diadakannya acara itu ialah sebagai upaya dalam meningkatkan presentase kelulusan para peserta, sekaligus upaya untuk meningkatkan citra Unesa. “Kalau lulusan PPG bisa lebih tinggi berarti pelayanan juga bisa dikatakan bagus,“ ujarnya. “Semoga terjadi sinkronisasi antara guru pamong, dosen pengajar, dan pimpinan,“ harapnya.
Dalam sambutannya, Bachtiar Syaiful Bachri mengutarakan bahwa PPG merupakan gawang terakhir untuk menjaga marwah guru setelah S-1 kependidikan atau S-1 bidang studi yang akan terjun di dunia pendidikan. “Kegiatan ini hadir sebagai upaya untuk memaksimalkan dan mengoptimalkan PPG untuk meningkatkan kualitas SDM dan pendidikan,“ ujarnya.
Sementara itu, Wakil RektorBidang Akademik UNESA dalam sambutannya menyampaikan mengenai konsep pembelajaran hybrid atau tatap muka terbatas yang akan diskenariokan dalam 25 persen siswa yang hadir. Skema perkuliahan tersebut rencananya mulai diterapkan pada semester depan ini. Lebih lanjut, 25 persen tersebut dibatasi satu minggu maksimal hanya dua kali pertemuan, dalam dua kali pertemuan tersebut durasi masing-masing hanya berlangsung dua jam.
Ia juga mengemukakan beberapa variasi pembelajaran tatap muka terbatas lain yang bisa dijadikan alternatife dalam melaksanakan pembelajaran hybrid baik pada program perkuliahan reguler maupun untuk PPG. “Saya percaya PPG bisa melakukan yang terbaik, karena sudah dikelola lama dan orang- orang yang mengelolanya pun orang yang berpengalaman, apalagi guru pamongnya, hasilnya tentu bisa baik,“ harapnya. (Hasna)