04 June 2021


Unesa.ac.id, Surabaya-Universitas Negeri Surabaya (UNESA) bersama Universitas Negeri Gorontalo (UNG) dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) satu kelompok membahas ‘Optimalisasi Program Vokasi di LPTKNI' dalam sidang paralel pada pertemuan Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Kependidikan Negeri (FPPTKN) yang berlangsung di Bandung.
Pada hari kedua, Jumat (04/6/2021), 12 LPTKN melakukan diskusi atau sidang paralel dengan sistem kelompok di Gedung FEB UPI. Perguruan tinggi yang terlibat terbagi ke dalam lima kelompok yang masing-masing akan membahas, mendiskusikan dan merumuskan tema-tema penting dan strategis seputar ‘Penguatan Kelembagaan dan Sumber Daya LPTK dalam Rangka Menyiapkan Guru Masa Depan di Era MBKM’.
Pada kesempatan itu, UNESA membahas tiga topik krusial, yakni tantangan dan kebijakan Vokasi ke depan, kondisi Vokasi di LPTKNI saat ini, dan optimalisasi Vokasi di LPTKNI. Dalam paper diskusi Unesa dipaparkan bahwa adapun tantangan dan kebijakan Vokasi yakni revolusi industri 4.0 yang membuat segala aspek kehidupan mengalami pergeseran besar-besaran.
Ada sekitar 1,5 miliar pekerja yang tergantikan mesin sepanjang 2015-2025. Ada banyak pekerjaan yang saat ini dan perlahan hilang lalu tergantikan dengan pekerjaan baru. Diperkirakan, 65 persen murid SD di dunia akan berhadapan dengan lapangan pekerjaan yang belum pernah ada sebelumnya.
Di sisi lain, terjadi peningkatan angka pengangguran dari tahun ke tahun. Ditambah adanya kesenjangan antara kebutuhan kompetensi di dunia industri dan kebutuhan lapangan pekerjaan bagi para lulusan. Dengan kata lain, perusahaan susah mencari tenaga yang kompeten, sementara lulusan kesusahan mencari pekerjaan. Usut punya usut, hal itu merupakan dampak dari sistem pendidikan Indonesia yang terlalu menekankan pada hardskills ketimbang softskills. Karena itu, dengan adanya regulasi baru belakangan ini, LTPKN perlu melakukan refocusing program untuk merevitalisasi pendidikan vokasi.
Mengenai kondisi vokasi di LTPKNI selama ini, UNESA paparkan beberapa catatan. Pertama tata kelola program vokasi masih berada di masing-masing fakultas. Kedua, sertifikasi kompetensi dosen belum memadai. Ketiga, proporsi kurikulum praktik dan teori belum memenuhi 60:40. Keempat, nuansa perkuliahan masih kental dengan akademik. Kelima, dukungan kemitraan belum optimal. Keenam, masih ada prodi D2 atau D3 serta masih ada nama prodi yang belum sesuai nomenklatur.
Atas beberapa catatan itulah, UNESA mengajukan beberapa strategi optimalisasi program Vokasi yang bisa dilakukan ke depannya. (1) Penguatan tata kelola program Vokasi, (2) penguatan kurikulum Vokasi, (3) peningkatan SDM Vokasi, (4) peningkatan publikasi atau paten dosen vokasi, (5) peningkatan dosen tamu atau tetap, (6) penguatan kemitraan, (7) peningkatan kompetensi dan prestasi mahasiswa, (8) promosi dan branding program Vokasi di LPTKNI. (Humas Unesa)