29 August 2022


Unesa.ac.id, GRESIK-Kualitas pendidikan harus terus ditingkatkan. Salah satu yang bisa dilakukan adalah mengupgrade kualitas guru-guru di sekolah seperti yang dilakukan sejumlah dosen prodi S-3 Pendidikan Bahasa dan Sastra (PBS), Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya (UNESA) pada 23 Juli 2022 lalu.
Tim dosen yang terdiri dari Dr. Suhartono, M.Pd., Dr. Roni, M.Hum., M.A., dan Ahmad Munir, Ph.D., meningkatkan kemampuan guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di Gresik lewat pelatihan penggunaan pemarkah pragmatik (pragmatic markers) dalam komunikasi lisan dan tulis. Kegiatan ini berlangsung di SMAN 1 Manyar, Gresik.
“Acara ini melibatkan 20 guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris SMP se-Kabupaten Gresik. Saya apresiasi mereka sangat antusias dan sadar betul bahwa pemahaman seperti ini penting diupgrade. Selain memudahkan mereka dalam menjalankan tugas mengajar juga meningkatkan kemampuan mereka dalam komunikasi sehari-hari,” ujar Dr. Suhartono, M.Pd., ketua pelaksana kegiatan.
Dia menambahkan, lewat kegiatan tersebut, timnya memberikan pemahaman tentang penggunaan pemarkah pragmatik (pragmatic markers) dalam komunikasi lisan dan tulis.
Adapun yang disampaikan yaitu pemarkah pragmatik tekstual yang memiliki sejumlah fungsi di antaranya menunjukkan relasi kausal, menunjukkan konsekuensi atau efek, menandai kaitan antarklausa atau antarbagian teks, menandai kontras antarklausa atau antarbagian teks dan fungsi-fungsi lainnya.
Di samping itu, mereka juga menyampaikan seputar pemarkah pragmatik interpersonal yang memiliki fungsi menandai penerimaan informasi, menunjukkan dukungan kepada pembicara, meluruskan atau membelokkan diri sendiri dengan menyatakan setuju atau menolak, menandai kerja bersama dalam menyusun pengetahuan, hingga memagari (hedge), atau melayani (serve) sebagai tanda santun.
“Melalui kegiatan ini kemampuan guru dalam menggunakan pemarkah pragmatik saat berkomunikasi benar-benar ditingkatkan,” tukasnya.
Dosen UNESA asal Tuban itu menambahkan, selain diberikan pemahaman, peserta juga diarahkan untuk melakukan praktek penggunaan pemarkah pragmatik dalam komunikasi sederhana sehari-hari. Bahkan para peserta terus diberikan pemahaman secara berkelanjutan secara daring dalam beberapa pekan ke depan.
“Kami juga berikan tindak lanjut dalam bentuk diskusi virtual, utamanya setelah peserta mengirimkan beberapa tulisan dan rekaman komunikasi lisan. Dalam diskusi kami memberikan komentar-komentar konstruktif sebagai sarana belajar menggunakan pemarkah pragmatik secara berkelanjutan,” ujar Dr. Roni.
Dia melanjutkan, kegiatan tersebut merupakan program tahunan prodi S-3 PBS yang tujuannya untuk meningkatkan kompetensi guru di berbagai daerah. Menurutnya, guru merupakan tulang punggung pendidikan. Merekalah yang berinteraksi langsung dengan peserta didik.
Guru punya peran penting yang tak bisa digantikan oleh teknologi. Menjadi guru harus siap terus mengembangkan diri, bukan hanya untuk peserta didiknya tetapi juga untuk menjawab tantangan zamannya.
“Tahun ini kami fokus ke guru di Gresik. Sebelumnya kami melakukan hal yang sama di Nganjuk dan sebelumnya lagi di Magetan. Ibarat sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui, dalam kegiatan ini kami juga menandatangani nota kesepahaman kerja sama dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sebagai dasar kerja sama yang berkelanjutan ke depannya,” tutupnya. [Humas Unesa]
Foto : Dokumentasi Tim PKM