20 August 2022


Unesa.ac.id, SURABAYA–Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Pembentukan Program Studi S-1 Sains Aktuaria pada 19-20 Agustus 2022 di Hotel Grand Inna Tunjungan, Surabaya.
Pertemuan ini dipimpin langsung Prof. Dr. Madlazim, M.Si., dekan FMIPA yang dihadiri jajaran wakil dekan dan seluruh dosen selingkung fakultas. Narasumber yang dihadirkan yaitu Prof. Ken Seng Tan, Ph.D, ASA, CERA, President's Chair in Actuarial Risk Management, Director of IRFRC, Deputy Head of Division of Banking & Finance at Nanyang Technological University dan Ms. Prisheeni Prakas from IFoA (Institute and Faculty of Actuaries).
Selain itu juga ada Ira Dewi Elfini, S.Si., FSAI., AAIJ, AIIS from PAI (Persatuan Aktuaris Indonesia); Latifah Ayunin, S.Si., M.M., ASAI, AAIJ, Professional Actuaries in International Insurance Company; Drs. Danardono, M.P.H., Ph.D, Head of Department of Actuarial Science in Universitas Gadjah Mada.; dan Dr. Ir. Retno Budiarti, Head of Department of Actuarial Science in Institut Pertanian Bogor..
Dekan FMIPA mengungkapkan bahwa FGD ini membahas kurikulum dan berbagai hal terkait pendirian prodi Aktuaria di UNESA. “Saya berharap dari diskusi ini mendapat banyak masukan dari para ahli baik kurikulum maupun yang lainnya,” ujarnya.
Apa itu aktuaria? Menurut Ken Seng Tan, aktuaria atau aktuaris merupakan pekerja profesional di mana mereka akan menganalisis konsekuensi keuangan dan resikonya. Aktuaris sendiri menggunakan disiplin ilmu yaitu ilmu sains. “Disiplin dalam pemecahan masalah, yang memotivasi isu–isu yang ada disekitarnya dalam manajemen risiko dengan melibatkan ilmu matematika, statistika, ekonomi, financial engineering, dan analisis data,” terangnya.
Ken Seng Tan menambahkan bahwa sebagai calon aktuaris, mahasiswa harus memiliki kemampuan dalam kepemimpinan dan manajemen, kewirausahaan, etika profesional dan pengenalan terkait pembelajaran mesin. Tidak hanya fokus dalam pelajaran aktuaria dasar, mereka juga dapat memilih untuk mendalami ilmu spesialisasi seperti asuransi syariah, asuransi kesehatan, asuransi olahraga, dan sebagainya.
“Membuat kurikulum untuk program studi ilmu aktuaria sangat mudah dilakukan. Namun, tantangannya bagaimana menjamin kredibilitas dari prodi tersebut. Apakah kita mengajarkan hal yang sesuai untuk mahasiswa? Apakah dosennya berkualifikasi? Bagaimana dengan koneksi industri apakah mendukung? Ini yang harus dijawab bersama,” tukasnya.
Selain itu, sertifikat profesional juga menjadi hal yang penting. Menurut Ira Dewi Elfini untuk mendapatkan sertifikasi sebagai aktuaris itu ada mata ujian yang harus dilalui. Para calon aktuaris juga harus mengikuti kelas pendidikan profesi aktuaris selama sehari penuh. “Lingkup kerja seorang aktuaris sendiri meliputi evaluasi dan laporan keuangan, aset dan liabilitas, manajemen risiko, experience studies, pemodelan aktuaria, product design dan pricing, pemrograman model aktuaris, strategi dan analisa bisnis, perhitungan aktuaria lain-lain, pensiun, jaminan sosial, asuransi syariah dan masih banyak lainnya,” bebernya.
Lulusan prodi aktuaria sendiri kini menjadi incaran industri. Hal tersebut karena adanya aturan pemerintah yang mewajibkan setiap perusahaan asuransi untuk memiliki profesional bidang aktuaria (aktuaris). Sedangkan berdasarkan estimasi dari OJK, jumlah aktuaris untuk industri asuransi sendiri masih terbilang kurang. Ini menjadi momentum yang tepat bagi generasi muda untuk melirik dunia aktuaria yang mulai menggeliat. [HUMAS UNESA]
Penulis: Hasna
Editor: @zam Alasiah*