25 March 2020


Unesa.ac.id-Surabaya, Bukan hanya kondisi fisik yang harus diperhatikan dalam keadaan panik akibat penyebaran Covid-19 saat ini, kondisi psikologis pun perlu diperhatikan. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Diana Rahmasari, S.Psi., M.Si., Ketua Jurusan Psikologi Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Diana yang juga merupakan pakar psikologi di Unesa menyebutkan jika Covid-19 yang telah ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO bukan lagi menjadi masalah perseorangan atau satu negara saja, tetapi merupakan masalah global dunia, sehinga bisa dikatakan jika kondisi saat ini merupakan ujian kemanusiaan skala global.
“Ini merupakan masalah kita semua. Penyebaran virus Corona ini secara tidak langsung sebenarnya menuntut sesama untuk saling bahu membahu, kerja sama dan tanamkan dalam benak mengenai dunia melawan corona,” ungkapnya.
Sebagai kejadian luar biasa skala global, kita tahu jika Covid-19 membawa kepanikan di semua negeri, tak terkecuali di Indonesia. Untuk itu, wanita yang diberi tugas sebagai sekretaris Unesa Crisis Centre (UCC) ini berbagi sikap yang perlu diambil guna menghindari tingkat kepanikan yang berlebihan namun tetap waspada.
“Virus ini begitu kecil dan cepat sebarannya, tanpa kita sadari pun bisa berpindah dengan mudah pada kita. Maka dari itu hal ini tidak bisa dianggap remeh. Saya lebih suka kata waspada dari pada panik yang berlebihan,” lanjut Diana.
Sebagai pengajar dan peneliti, Diana juga menyarankan, selain menjaga kesehatan, kita juga harus memperhatikan kondisi psikologis. Salah satunya adalah dengan tetap mengembangkan sikap berpikir positif.
“Untuk kondisi hari ini, kita harus bahagia, tenang, positif, dan optimis. Banyak berpikir bahwa badai akan cepat berlalu,” terangnya.
Diana berpesan, untuk membangun sugesti positif harus secara konsisten dilakukan, tidak bisa dilakukan sesekali.
“Sugesti kata-kata positif, meditasi, berdoa ibaratkan seperti mengonsumsi obat. Jadi, melakukan itu hanya sekali saja ya tidak akan berhasil, tambahnya.
Kendalikan Ego, Tinggal di Rumah Saja
Belakangan, imbauan yang sering digaungkan oleh Pemerintah dan pihak-pihak lain ialah soal menjaga jarak atau social distancing. Menurutnya, Social distancing harus dilakukan secara sadar.
“Kendalikan ego dan superego dengan baik. Ibaratkan seperti berpuasa. Untuk kids zaman now, kalau memang terbiasa keluar malam untuk ngafe, ngopi, tahan yuk kebiasaan tersebut. Saya rasa anak muda walau tidak bertemu langsung, mereka masih melek akan teknologi sebagai pengganti hubungan jarak jauh yang ada,” jelasnya.
Diana mengajak kita semua untuk tak hanya waspada tetapi juga mengedukasi yang lain terkait dengan hoax yang menyebar dengan massif.
“Saat ini, bisa saja mungkin kita sudah melakukan social distancing dengan benar. Namun, adakalanya keluarga, saudara masih ingin berada diluar dengan berbagai macam alasan. Nah, untuk itulah kita bisa memposisikan diri menjadi agen perubahan dengan memberikan edukasi serta penghayatan psikologis pada keluarga mengenai bahaya Covid secara nyata,” ucap Diana. (Widya/ay)