02 October 2022


Unesa.ac.id, SURABAYA-Batik merupakan warisan budaya bangsa Indonesia. Batik adalah kerajinan ‘nusantara’ yang kaya akan makna. Nilai seni dan estetik yang terkandung di setiap motifnya membuat batik dikenal dan diminati warga dunia. Tidak heran, banyak warga luar yang mengenakan batik asli Indonesia. Baru-baru ini misalnya, bintang NBA, Justin Holiday yang pada Februari lalu menjadi sorotan lantaran mengenakan kemeja batik khas Blitar.
Bintang basket kelahiran California itu memang penggemar batik. Sebelumnya, pada Oktober 2021 lalu juga mengenakan batik tulis asal Blitar. Kemeja atau kain batik bahkan menjadi koleksi warga negara lain. Dulu, sewaktu melakukan riset di Tuban, Direktur Vokasi Unesa. Dr. Martadi, M.Sn mendapati rekannya yang merupakan antropolog keturunan Amerika Serikat memborong banyak batik sebagai koleksi. Itu membuatnya terheran-heran.
“Orang luar saja koleksi batik di sini, kenapa kita sendiri tidak mengoleksinya. Kenapa kita sendiri tidak bangga dan peduli dengan budaya kita sendiri,” ucapnya kepada tim Humas. Sejak itulah, Martadi mulai mengoleksi kain batik dari berbagai daerah, bahkan mengumpulkan beragam batik lebih banyak dari koleksi rekannya asal Amerika Serikat itu.
Ketika melakukan kunjungan kerja di berbagai daerah bahkan ke luar negeri, tidak sah jika tidak menyempatkan diri berkunjung ke toko tekstil atau kain khas daerah atau negara tersebut. Kain khas tentu dibeli dan dijadikan koleksi.
Koleksi Mencapai 350 Jenis Batik
Sampai sekarang, dia sudah mengoleksi sebanyak 350 jenis batik di seluruh Indonesia. Juga kain tenun dari Sabang sampai Merauke. Bahkan ada juga kain dari berbagai negara seperti Uzbekistan, Jepang, Vietnam, Thailand, Kamboja, Arab, Qatar, Australia dan 14 negara lainnya. Koleksinya itu terpajang dan memenuhi tiga lemari besar di rumahnya.
Tidak main-main, harga masing-masing koleksinya cukup fantastis. Paling rendah, kain batik mulai dari Rp1,5 juta hingga Rp6 juta. “Terendah misalnya ada batik Solo itu dulu harganya 1,5 juta. Kain tenun NTT dulu harga 4,5 juta dan ada juga songket Palembang dengan harga 6 juta. Benangnya dari emas asli,” beber pakar pendidikan itu.
Di antara ratusan koleksinya, dia paling menyukai kain tenun dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Menurutnya, NTT memiliki kualitas tekstil terbaik di Indonesia bahkan di dunia. Kemudian batik yang paling disukainya adalah batik Sekar Jagat dari Madura yang sangat kaya akan warna. “Saya tidak pernah keberatan untuk membeli kain batik atau tenun dengan harga apapun. Beginilah cara saya merepresentasikan kebanggaan akan budaya kita sendiri,” tandasnya.
Menurutnya, mengoleksi batik dan kain tersebut merupakan bagian dari caranya dalam mengapresiasi keragaman dan kekayaan kerajinan batik dan kain tenun nusantara. Batik bukan sekadar selembar kain yang diwarnai dan diberi motif tertentu. Namun memiliki nilai budaya dan seni yang tinggi. Setiap motifnya memiliki filosofinya masing-masing. Pun tiap daerah punya nilainya sendiri.
Makna dan Motif
Seperti batik motif ‘sekar jagat’ misalnya yang memiliki arti ‘bunga dunia’. Motif tersebut memiliki makna kegembiraan dan keelokan budi si pemakainya. Kemudian batik ‘Sekar Nyamplung’ atau bunga nyamplung yang memiliki karakter feminim. Maknanya, menggambarkan sosok wanita yang sangat menarik, tangguh dan mandiri. Lalu motif yang sering dijumpai juga ada ‘parang kancing ceplok kupu’ yang memiliki makna ketegasan, mawas diri pada setiap jalan hidup si pemakainya.
“Motif tertentu kadang ada di berbagai daerah. Kendati motifnya sama. Namun, makna dan filosofi bisa berbeda di masing-masing daerah. Bahkan ada motif tertentu dibuat untuk digunakan pada saat tertentu. Motif ‘sido asih’ itu dipakai di acara perkawinan atau busana malam pengantin. Maknanya romantis dan cinta kasih,” kata Martadi.
Nah, nilai dan esensi batik itulah yang menurutnya mulai terkikis saat ini. Anak-anak muda banyak yang tidak mengetahui dan memahami batik warisan budayanya sendiri. Batik hanya sekedar dipakai sebagai bagian dari fesyen tanpa memahami pesan dan esensi di baliknya. “Nilai-nilai batik zaman ini sudah mulai terkikis. Batik dianggap hanya sekedar fesyen tanpa filosofi. Terkesan hampa dan mengesampingkan esensi,” paparnya.
Dua Tipe Batik
Martadi membagi batik ke dalam dua tipe. Pertama, batik pedalaman, merupakan jenis batik yang kerap dipakai oleh kalangan priyayi maupun keluarga kerajaan atau keraton. Batik dengan jenis ini motifnya cenderung monoton, tetapi kaya akan warna dan memiliki nilai filosofis yang tinggi.
Kedua, batik pesisir, sebuah jenis batik yang minim akan nilai dan filosofis. Namun difokuskan untuk diperjualbelikan dan telah mendapat pengaruh kuat budaya lain. Batik dengan jenis inilah yang sering dipakai masyarakat untuk aktivitas sehari-hari. Namun pada perkembangannya, batik pesisir kini seringkali memakai motif batik pedalaman tanpa mempedulikan arti yang terkandung di dalamnya sehingga menimbulkan pendangkalan makna dari batik itu sendiri.
Atas dasar itulah, tujuan lain di balik kegemarannya mengoleksi batik dan kain tenun adalah untuk mengedukasi generasi muda akan budaya bangsa Indonesia yang harus diapresiasi dan dibanggakan. Bilah perlu, anak-anak muda ikut terlibat mengoleksi batik. “Masa orang negara lain itu koleksi batik kita. Masa kita sendiri tidak? Kan lucu. Masa kita kalau mau belajar tentang batik harus ke Amerika Serikat karena banyak orang sana yang mengoleksinya” tukasnya.
Koleksi batik tentu tidak sekadar disimpan di lemari, tetapi juga didata dengan baik. Mulai dari jenis motif, makna dan asalnya. Itu dilakukan untuk mendokumentasikan semua sisi dan informasi dari kain batik sehingga memudahkan dalam mengedukasi generasi. Kemudian juga dibutuhkan perawatan khusus. Baginya, batik atau kain songket koleksinya itu tidak bisa dibersihkan atau dicuci sembarangan. “Ketika batik itu kotor, solusinya adalah dibersihkan dengan buah lerak atau sabun yang terbuat dari buah Lerak,” ungkap pria yang juga senang healing bersama keluarga ke kawasan pegunungan itu. [HUMAS UNESA]
Penulis: M. Azhar Adi Mas’ud/ Amelia/Saputra
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Aboutmalang.com