26 June 2022


Unesa.ac.id, SURABAYA-Hari Anti-Narkotika Internasional (HANI) yang diperingati setiap 26 Juni harus menjadi penguatan terhadap tugas-tugas pemerintah dan seluruh stakeholder dalam memerangi peredaran narkotika yang semakin meresahkan masyarakat. Betapa tidak, data Puslitdatin BNN 2022 melaporkan data prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia mengalami peningkatan.
Angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia tahun 2019 yaitu 1,80 persen dan meningkat menjadi 1,95 persen pada tahun 2021. Resiko perempuan terpapar narkoba setahun terakhir mengalami peningkatan dari 0,20 persen pada 2019 menjadi 1,21 persen pada 2021. Selain itu, juga ada peningkatan keterpaparan narkoba pada kelompok umur 15-24 tahun dan 50-64 tahun di pedesaan.
Dosen FMIPA UNESA Prof. Dr. Nuniek Herdyastuti, M.Si., mengatakan, sebagaimana tema yang diusung HANI tahun ini; Addressing Drug Challenges in Health and Humanitarian Crises, narkoba merupakan musuh bagi keberlangsungan hidup manusia. Narkoba merupakan musuh bersama dan bagian dari krisis kesehatan dan kemanusiaan itu sendiri.
Tingginya angka penyalahgunaan narkoba di Indonesia, lanjutnya, menjadi pekerjaan rumah yang harus diprioritaskan seluruh elemen bangsa. Tugas pencegahan dan penanganan dari pusat hingga daerah bahkan sampai pedesaan harus terstruktur, menjangkau semua dan seimbang. “Tugas kita ini bukan untuk memberitahu masyarakat bahaya narkoba, tetapi juga menyentuh kesadarannya. Saya percaya, pengguna narkoba tahu betul bahaya narkoba, tetapi apakah mereka sadar kan tidak,” tukasnya.
Dosen Kimia tersebut mengungkapkan, narkoba benar-benar bahaya bagi kesehatan fisik maupun psikis. Bisa menurunkan kesadaran dan kesehatan, gangguan hidup secara umum bahkan sampai kematian. Morfin, salah satu zat dalam narkoba dengan kandungan utama opium merupakan sekelompok alkaloid yang termasuk derivat fenantren yang ‘bekerja’ sebagai penghilang rasa sakit.
Apabila morfin disalahgunakan dapat menyebabkan kecanduan dan mengakibatkan rangkaian efek berisiko antara lain merasa sakit, iritabilitas, tremor, lakrimasi, berkeringat, menguap, bersin-bersin, anoreksia, midriasis, demam, pernafasan cepat, muntah-muntah, kolik, diare dan pada akhirnya penderita mengalami dehidrasi, ketosis, asidosis, kolaps kardiovaskuler yang bisa berakhir dengan kematian.
Juga ada kandungan metamfetamin atau d-desoxyephedrine yang merupakan salah satu senyawa psikotropika yang angka penyalahgunaannya tinggi. Bahan ini dapat menyebabkan gangguan fungsi hati, ginjal, termasuk bisa membuat kerusakan syaraf hingga gangguan otak. “Bahaya bahan-bahan ini ketika disalahgunakan harus disadari semua pihak. Ini bukan main-main. Ancamannya kesengsaraan hidup dan kematian. Kita harus serius mengatasinya. Ini tugas bersama. Perkuat barisan, tingkatkan langkah pencegahan dan penanganan dari hulu sampai hilir,” tandasnya.
Ling Ling, Duta Anti Narkoba UNESA punya keresahan yang sama atas kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Karena keresahan itu jugalah yang membuatnya terlibat sebagai duta tersebut. Ia bersama teman-temannya di UNESA menempuh berbagai upaya gerakan kesadaran anti-narkoba di kampus bahkan di masyarakat. “Tugas kami memberikan edukasi dan meningkatkan kesadaran mahasiswa agar benar-benar fokus pada pengembangan diri dan kompetensi diri menuju generasi yang bersih, berprestasi tanpa narkoba,” ujarnya.
Mengapa mereka (pengguna, red) tidak peduli sama dirinya sendiri? Tukas Ling Ling. Mencoba narkoba sama halnya menerjunkan diri ke jurang kesengsaraan. “Dari masalah kehidupan kok lari ke narkoba. Lah itu bukan solusi. Itu menyelesaikan masalah dengan masalah yang lebih besar. Kata lainnya, keluar mulut buaya, malah berlari masuk kandang macan lapar. Padahal ada peringatan atau petunjuk menuju jalan keluar yang aman,” ucapnya.
UNESA sendiri selama ini telah melakukan banyak upaya untuk menekan angka penyalahgunaan narkoba di masyarakat. Selain membentuk duta anti-narkoba, juga perkuat sinergi dengan BNNP Jatim dalam melahirkan berbagai strategi pencegahan. Selain itu menyelenggarakan berbagai gerakan kesadaran lewat seminar, talkshow dan masih banyak lagi. Selain itu, lewat mahasiswanya juga memperkuat sistem peperangan melawan narkoba lewat pembuatan aplikasi SIMPEL yang digunakan di BNNP Jatim. #Hidup Bermartabat Tanpa Narkoba [HUMAS UNESA]
Penulis: Faizur Rahmatin
Editor: @zam Alasiah
Foto oleh MART PRODUCTION