21 May 2022


Unesa.ac.id, SURABAYA-Ada puluhan ribu mahasiswa Indonesia yang menempuh atau melanjutkan pendidikan di luar negeri. Sebagian jumlah itu ada yang memilih belajar dan mencari pengalaman di Cina. Tercatat, sekitar 15,7 ribu mahasiswa yang mendaftar beasiswa ke negeri Tirai Bambu tersebut.
Hal itu diungkapkan para pembicara dalam seminar “Kiat Menembus Beasiswa ke China” yang diselenggarakan Pusat Bahasa Mandarin UNESA di Confucius Institute Surabaya, Jalan Prof. Dr. Mustopo, Pacar Keling, Surabaya pada Kamis, 19 Mei 2022.
Narasumber yang hadir pada kesempatan itu yaitu, 1) Erlina Anggraini, S.Psi. I., M.Ed alumnus Changchun University, 2) Aprilyan Putra Bimantoro, S.Pd., selaku importir Cina-Indonesia dan kandidat Magister di Shanghai University, dan 3) Ardhi Mardiyanto Indra Purnomo, M.Or, dosen di Universitas Nusantara PGRI Kediri dan juga kandidat Doktor di Shanghai University.
Erlina Anggraini memaparkan bahwa melanjutkan pendidikan Cina merupakan idaman sebagian mahasiswi Indonesia. Di sana menjadi salah satu tempat studi lanjut yang tepat karena kualitas pendidikan, teknologi, dan pengaruhnya terhadap perekonomian dunia.
Tidak hanya itu, bahasa Mandarin yang merupakan bahasa masyarakat Cina menjadi bahasa internasional kedua setelah bahasa Inggris. China menawarkan 6 beasiswa, yakni Chinese Government Scholarship (CGS), Local Government Scholarship, Confucius Institute Scholarship, Chinese University Scholarship, ASEAN University Scholarship (AUN), ASEAN-China Young Leaders Scholarship (ACYLS), MOFCOM Scholarship, serta Belt and Road Scholarship.
Bagi para pendaftar yang belum mahir berbahasa Mandarin bisa menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar saat perkuliahan. Beasiswa yang ada di Cina meliputi beasiswa pengajar, beasiswa kerja sama antar universitas, dan beasiswa mandiri.
Bagi yang hendak kuliah ke sana tentu harus memenuhi beberapa syarat di antaranya, bukan warga negara Cina, sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan medical check up serta batasan usia maksimal 25 tahun untuk pelamar jenjang S1, maksimal usia 35 tahun untuk pelamar jenjang S2, dan maksimal usia 40 tahun untuk pelamar jenjang S3.
“Batasan usia maksimal tadi tidak selalu sama, tergantung dari masing-masing program beasiswa yang akan diambil nanti,” terang Erlina Anggraini.
Adapun persiapan-persiapan yang dibutuhkan untuk mendapat beasiswa yaitu, 1) Tekad yang kuat. 2) Belajar bahasa Mandarin. 3) Mengenali dan memantaskan diri berdasarkan persyaratan yang ada. 4) Menentukan target. 5) Menentukan strategi dalam memenuhi target. Misalnya mendalami bahasa Mandarin selama beberapa bulan atau semester. Kemudian memenuhi syarat-syarat lainnya dalam waktu tertentu.
“Tekanan tinggi yang saya rasakan selama study doctoral di Cina itu melawan rasa malas,“ Ardhi Mardiyanto Indra Purnomo. Hal terpenting setelah berhasil mendapatkan beasiswa yaitu menjaga asah dan merawat motivasi untuk disiplin dan tekun belajar.
“Kita tidak akan pernah tau dan bisa kalau tidak belajar. Dulu saya merasakan susahnya hidup di Cina yang pertama kali karena belum bisa bahasa Mandarin,” kata Aprilyan Putra Bimantoro. Mas Aprilyan menjelaskan step by step cara mendaftar beasiswa ke China, dimulai dari tanggal pembukaan beasiswa, menyiapkan dokumen dan mendaftarkan diri ke website, hingga cara pengurusan dokumen akhir untuk terbang ke China.
“Berdiam diri, stagnan, dan menetap di tempat mukim sejatinya bukanlah peristirahatan bagi mereka yang berakal dan beradab. Maka berkelanalah dan tinggalkan negerimu (untuk belajar dan menuntut ilmu, red),” ucapnya mengutip salah satu perkataan Imam Syafi’i. [Humas UNESA]
Penulis: Fionna Ayu Shabrina
Editor: @zam*