27 February 2024


Unesa.ac.id, SURABAYA—Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Negeri Surabaya (UNESA) kembali menggelar kuliah tamu yang membahas tentang eksplorasi dan inovasi STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics).
Ratusan mahasiswa FMIPA dari jenjang S-1, S-2, dan S-3 mengikuti kegiatan yang berlangsung di Auditorium lantai 3, Gedung D1 FMIPA, Kampus 1 Ketintang, pada Senin (26/02/2024).
Dengan tema ‘Exploring Innovation in STEM: Opportunities and Challenges’, kuliah ini dihadiri langsung adjunct professor dari Universitas Deakin, Australia yaitu Prof. Wanty Widjaja. Ia merupakan pakar pendekatan STEM dan Associate Head of School International and Engagement of the School in Education.
Prof. Wanty menjelaskan bahwa STEM bukanlah sebuah kurikulum tetapi suatu pendekatan pembelajaran yang menghilangkan hambatan tradisional yang memisahkan empat disiplin ilmu dan mengintegrasikannya ke dalam pengalaman belajar yang nyata, ketat, dan relevan bagi siswa.
Empat disiplin ilmu tersebut diantaranya, sains, teknologi, teknik, dan matematika. Ia menambahkan, semua pembelajaran STEM memang memiliki satu kesamaan yaitu memberikan kesempatan kepada siswa/mahasiswa untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang telah mereka pelajari selama proses pembelajaran.
Prof. Wanty juga membagikan pengalamannya dalam melakukan penelitian Pendidikan STEM di salah satu SMA yang ada di Yogyakarta. Dia menjelaskan bagaimana siswa bisa mendesain suatu teknik menjernihkan air yang efektif.
“Dalam praktik pemurnian air di situ tidak hanya mengemukakan 1 disiplin ilmu saja, tetapi sainsnya ada, matematikanya ada, dan desain proses dari engineering-nya juga ada,” paparnya.
Kemudian STEM tidak terbatas pada model pembelajaran problem based learning atau PBL semata, tetapi juga dapat diintegrasikan ke dalam model pembelajaran project based learning atau PjBL. Praktik-praktik kecil dalam kehidupan bisa masuk ke dalam STEM integrasi.
Saat ini, PjBL sering digunakan di sekolah-sekolah. STEM itu mulanya berintegrasi dari PBL, karena menyajikan instruction dan problem yang tidak ada arahan yang spesifik. Ia menekankan bahwa memang problem based dan project based adalah dua hal yang utama, tetapi tidak terbatas pada dua hal itu saja.
Pertama, fokus pada integrasi; kedua, menetapkan relevansi: ‘mengapa ini relevan bagi siswa?’; ketiga, menggunakan pendekatan campuran: berbasis masalah dan bisa juga berbasis proyek.
“Kalau kita melihat pertanyaan tentang problem, problem itu ada dua jenis yaitu well structure dan ill structure. Kalau well-structure itu seperti soal-soal pada umumnya, yakni instruksinya jelas dan yang ditanyakan jelas, juga informasi yang diberikan semuanya ada.
Lain halnya dengan ill-structure yang lebih memberikan kesempatan pada siswa untuk mencari informasi, menganalisis informasi, dan memberikan desain pikiran mereka sendiri terhadap solusi dari masalah yang diberikan,” tambahnya.
Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Kemahasiswaan, dan Alumni, Prof. Rooselyna Ekawati, Ph.D., mengatakan, kegiatan ini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melibatkan banyak pakar di dunia. Selain mengajar, adjunct professor juga akan membantu fakultas dalam pengembangan kualitas kurikulum, riset, publikasi, dan memberikan masukan-masukan lainnya yang berkaitan dengan akademik FMIPA.
Dari presentasi yang disampaikan pemateri, ada hal yang berharga yang dapat digarisbawahi. Pemateri memberikan pencerahan terkait riset-riset yang telah dia lakukan sebelumnya. Australia memiliki grup riset yang berfokus terhadap pengembangan STEM yang bisa dibawa ke dalam dunia pendidikan, baik dari jenjang dasar, menengah, hingga tingkat lanjutan. Di Australia sendiri sudah banyak dilakukan STEM education.
Tambahan, Deakin University merupakan salah satu universitas yang berfokus ke STEM education dan output penelitiannya sudah banyak terbit di jurnal-jurnal terindeks internasional serta diakui oleh expert-expert di dunia.[]
***
Reporter: Fionna Ayu Shabrina (FMIPA)
Editor: @zam*
Foto: Dokumentasi Tim Humas