20 November 2021


UNESA.ac.id, SURABAYA-Bekerja sama dengan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, UNESA menggelar Webinar Nasional Kewirausahaan yang bertemakan “Pembangkitan Ekonomi Sektor UMKM Pascapandemi” pada 20 November 2021. Webinar kali ini mendatangkan 3 pemateri yaitu Dr. Agus Machfud, M.Si selaku Sosiolog UNESA, kemudian ada Priantoko Sulistiawan, S.H., M.H. selaku pengurus HIPMI Surabaya dan juga Raya Sulistyowati, S.Pd., M.Pd. selaku dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNESA.
Webinar kali ini dibuka oleh Arinto Nugroho selaku ketua Jurusan Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum UNESA. Beliau menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 yang telah masuk ke wilayah Indonesia sejak awal Maret tahun lalu sangat berdampak pada sektor ekonomi, terutama pada UMKM. Presentasenya 99% dari penduduk Indonesia banyak menaruh harapan hidupnya di sektor UMKM.
Dr. Agus Machfud, M.Si menuturkan bahwa suasana perekonomian Indonesia pada masa awal pandemi begitu memprihatinkan. Banyak rakyat yang berimbas pada berkurangnya upah kerja serta PHK secara besar-besaran dan turunnya presentase penghasilan UMKM di Indonesia. Namun, hal tersebut tak membuat para kaum muda mati akal untuk membangkitkan perekonomian. Banyak hal dari sektor ekonomi yang justru dapat beradaptasi serta berkembang secara pesat saat pandemi, yang di mana hal itu kebanyakan dilakukan oleh para kaum muda untuk menyambung hidup.
UMKM sendiri memiliki 7 hal penting yakni leadership entrepreneur, skill manajemen, penggunaan teknologi, produk dan inovasi, pemasaran, modal, dan pembukuan. Mengingat kalimat yang disematkan orang-orang kepada generasi muda Indonesia saat ini yaitu generasi rebahan, hal itu tidak berlaku untuk kewirausahaan yakni “Milenial Bukan Kaum Rebahan Tetapi Agen Perubahan” ungkapnya.
Sementara itu, Raya Sulistyowati, S.Pd., M.Pd., menjelaskan bahwa dalam perkembangan teknologi yang semula 4.0 kemudian sedikit demi sedikit mulai menggeser ke arah 5.0 ini dibuktikan oleh gaya ekonomi yang sebagian besar mengarah ke digitalisasi. Berbagai kebutuhan manusia telah banyak menerapkan dukungan internet dan dunia digital sebagai wahana interaksi dan transaksi.
Era “Society 5.0” sendiri merupakan era di mana seluruh manusia berfokus pada keseimbangan kemajuan antara ekonomi dan teknologi dengan menyelesaikan masalah melalui sistem yang mengintegrasikan dunia maya dan ruang fisik. Seperti halnya dewasa ini, beberapa model bisnis dan pekerjaan di Indonesia telah terbawa arus digitalisasi. Seperti toko konvensional yang tergantikan dengan marketplace online, kemudian ada ojek atau angkot tradisional yang berganti ke mode transportasi online.
Dia memaparkan bahwa sebanyak 16,4 juta UMKM di Indonesia telah memasuki mode Go-Digital yang di mana presentase tersebut naik 2 kali lipat selama pandemi. Tak lupa, beliau juga menerangkan beberapa peran penting UMKM yang di antaranya 1) sebagai penyangga perekonomian negara, 2) sebagai suplier untuk konsumen atau perusahaan besar, 3) sebagai pelanggan bagi perusahaan besar sebagaimana menjadi bagian dari rantai distribusi.
Dalam sesi materi selanjutnya, Priantoko Sulistiawan, S.H., M.H., menjelaskan mengenai rebranding. Menurutnya rebranding merupakan suatu proses mengubah citra perusahaan dari suatu organisasi. Rebranding sendiri juga merupakan strategi pasar dalam memberikan nama baru, simbol atau perubahan desain untuk merek yang sudah mapan. Sedangkan ide dibalik rebranding adalah untuk menciptakan identitas yang berbeda untuk sebuah merek dari pesaingnya di pasar.
Selain itu menurut beliau, fungsi rebranding sendiri adalah untuk terhubung dengan audiens baru, membedakan diri dengan pesaing, tetap up to date, mencerminkan tujuan produk serta penawaran dan nilai baru, serta untuk meningkatkan keuntungan pada bisnis. (Humas UNESA)
Reporter: Saputra, Fiona
Editor: @zam*