31 October 2021


Unesa.ac.id, SURABAYA-Dalam memperkuat ikatan sosial dan meningkatkan kecintaan pada dunia literasi, Pusat Studi Literasi, LPPM UNESA menggelar ‘Sarasehan dalam Jaringan’ (Sadaring) Literasi Unesa Seri VII Tingkat Nasional dengan tema ‘Standar Literasi yang Bertepatan pada Bulan Bahasa yang Berpangkal Sumpah Pemuda pada Sabtu, (30/10/2021) melalui Zoom, Youtube, dan Sarasehan Lewat Telegram (Sargram).
Sebanyak 225 peserta dari berbagai daerah dan bermacam profesi mengikuti sadaring itu. Ada dua narasumber yang dihadirkan yakni Sofie Dewayani, Ph.D selaku ketua Yayasan Litara dan Prof. Dr. Hj. Lies Amin Lestari, M.A., M.Pd., selaku Guru Besar FBS Unesa. Untuk diketahui, acara sadaring ini didukung Let’s Read The Asia Foundation, Litara Foundation, Gerakan Literasi Sekolah dan Kementerian Agama Kabupaten Probolinggo.
Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan, Suprapto, S.Pd., M.T dalam sambutan menyampaikan bahwa indikator tingkat budaya literasi masyarakat di Indonesia cukup rendah dibandingkan negara lain. Tingkat budaya literasi di Indonesia sangat rendah yaitu sekitar 0,02%. “Ini kecil sekali tetapi ada sedikit peningkatan bisa mencapai sekitar 18%,” ujarnya.
Menurutnya, kegiatan seperti ini bisa mendorong budaya literasi baik budaya baca dan budaya menulis di kalangan mahasiswa bahkan masyarakat. Ia mendukung adanya lomba yang diadakan Pusat Studi Literasi terkait menulis yang merupakan upaya untuk mendorong budaya menulis dikalangan siswa sekolah.
Sofie Dewayani, Ph.D menyampaikan bahwa standar kompetensi literasi adalah sebuah peta kerangka seperti yang membantu untuk merefleksi arah untuk mencapai sesuatu. Sedangkan komponen-komponen standar kompetensi literasi siswa terdiri dari pengetahuan kata, pengetahuan tata bahasa, pengetahuan teks, dan pengetahuan visual.
Pada kesempatan itu, Ia juga menyebutkan komponen-komponen standar kompetensi literasi guru menurut ILA 2020 yang terdiri dari pengetahuan dasar tentang literasi, kurikulum dan pembelajaran, asesmen dan evaluasi, pemahaman tentang kesetaraan dan kemajemukan, pemahaman tentang pembelajar dan lingkungan belajar, pengembangan diri dan kepemimpinan, serta pengetahuan dan keterampilan klinis spesifik untuk bidangnya.
Dari komponen-komponen standar kompetensi literasi guru, Sofie memaparkan, alasan pentingnya standar kompetensi literasi guru. Pertama, karena peningkatan kecakapan literasi siswa membutuhkan upaya yang komprehensif berupa penumbuhan lingkungan belajar yang menyenangkan dan kaya teks, pemberian apresiasi terhadap kegiatan dan minat literasi, serta proses pembelajaran yang menguatkan kecakapan berpikir melalui teks sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa.
Kedua, Guru perlu mengembangkan diri secara profesional agar dapat meningkatkan kecakapan literasi siswa secara efektif. Ketiga, Program pengembangan kompetensi literasi guru perlu dilakukan secara berjenjang dan sistematis.
Prof. Dr. Hj. Lies Amin Lestari, M.A., M.Pd., sebagai narasumber kedua menyampaikan terkait Standar Literasi (Informasi) Perguruan Tinggi. Ia memaparkan bahwa Literasi informasi berkaitan dengan penguasaan teknologi informasi, dengan implikasi yang lebih luas terhadap individu, sistem pendidikan, dan masyarakat tidak hanya terampil mengoperasikan komputer, aplikasi software, dan database, tetapi ia harus juga dapat menggunakannya untuk kepentingan pribadinya, pekerjaannya, dan meningkatkan ilmunya.
Literasi informasi yang ada di perguruan tinggi tidak hanya mencakup mahasiswa saja tetapi juga mencakup karyawan lain. “Subjek literasi informasi perguruan tinggi itu terdiri dari mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, dan karyawan lainnya. Sedangkan jenis informasinya dapat berupa cetak dan non cetak, luring dan daring, dokumen resmi dan dokumen pribadi, verbal dan non verbal. Mereka mendapatkan informasi dari perpustakaan, komunitas tertentu, media dan internet,” ungkapnya.
Amin Lestari memaparkan tujuh langkah model literasi informasi yang dikembangkan Sconul yang berguna dalam meningkatkan keterampilan literasi bagi mahasiswa. Pertama, identify yakni paham kebutuhan informasi. Kedua, scope yakni tentukan jenis informasi, karakteristik, tantangan. Ketiga, plan yakni tentukan strategi pencarian, kata kunci. Keempat, gather yakni lakukan pencarian dan akses informasi. Kelima, evaluate yakni relevansi,akurasi, pembandingan. Keenam, manage yakni kelola informasi, mengutip, susun bibliografi, tahu etika gunakan informasi. Ketujuh, present yakni menyusun produk informasi dalam bentuk yang tepat dan menyajikan.
Pada kesempatan itu, Dra. Pratiwi Retnaningdyah, M.Hum., M.A., Ph.D., membacakan pemenang lomba menulis 750 kata tingkat nasional bagi siswa SD/MI/SMP/Mts/SMA/MAN dan pemenang lomba menulis soal AKM tingkat nasional jenjang SD/MI/SMP/Mts/SMA/MAN yang mana masing-masing peserta mendapatkan hadiah berupa uang. Bagi juara 1 mendapatkan uang sebesar Rp750.000, juara 2 mendapatkan uang sebesar Rp500.000, dan juara 3 mendapatkan uang sebesar Rp300.000. (Esti/zam*)