13 October 2021


Unesa.ac.id, SURABAYA–Jurusan Bahasa dan Sastra Jerman UNESA menyelenggarakan kuliah tamu bersama Dr. Raimond Selke, Konsultan Pengajaran Bahasa Jerman pada Selasa (12/10/2021). Kegiatan yang dihelat secar virtual itu merupakan kerja sama antar jurusan Bahasa dan Sastra Jerman UNESA dengan Cornelsen Verlag (Berlin). Tema yang diusung yaitu ‘Aktuelle Themen in der Landeskunde und deren Relevanz für Zertifikatsprüfung’ atau Topik Terkini dalam Kajian Budaya dan Relevansinya dengan Ujian Sertifikasi.
Dalam sambutannya, Syafiul Anam, S.Pd., M.Pd., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Bahasa dan Seni mengungkapkan bahwa budaya berperan penting dalam bahasa. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Belajar bahasa bukan hanya sekadar mempelajari tata bahasa dan kosa kata. Namun, juga mempelajari socio culture competence. “Kita belajar bahasa mau tidak mau harus bisa berinteraksi dengan budaya lain atau penutur bahasa asli dari bahasa yang kita yang pelajari,” ujarnya. Dalam bahasan bahasa, interculture awareness sangat penting, karena dapat membantu seseorang memahami bahasa dan konteks penggunaannya serta norma-normanya.
Acara tersebut dimoderatori oleh Tri Edliani Lestari, S.S., M.Hum., dosen jurusan Bahasa dan Sastra Jerman UNESA. Dr. Raimond Selke pada kesempatan itu membahas mengenai berbagai kebudayaan dan gaya hidup di Jerman. Ia memaparkan berbagai survei salah satunya dari DACH terkait Jerman. Selain itu, ia juga membahas mengenai berbagai ujian sertifikasi bahasa Jerman dan tujuannya seperti sertifikat Goethe –Institute, Deutsch – test für Zuwanderer (DTZ), TestDaf, DSH, ZFA dan ÖSD.
Raimond Selke mengajak para peserta untuk mengenal berbagai bentuk soa–soal yang keluar dalam ujian sertifikat bahasa Jerman, seperti soal lessen atau membaca, hören atau mendengar, dan schreiben atau menulis serta sprechen atau berbicara. Peserta yang sebagian besar merupakan mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Jerman itu menyambut baik model diskusi dan pembahasan pemateri tersebut. Terlebih saat interaksi yang dibangun melalui dialog dengan media video. Selain itu, Raimond Selke juga membahas berbagai hal terkait berbagai tugas kecil bagi mahasiswa untuk dibahas dalam pertemuan selanjutnya, pada Selasa (26/10/2021).
Menurut Syafiul Anam, culture dan interculture awareness sangat penting dalam bahasa. “Ini bukan masalah bagaimana kita berasimilasi dan menggali jati diri kita sesuai dengan culture atau mencoba mempertahankan budaya kita sendiri,” ujarnya. Lebih lanjut ia membahas cara membangun ruang antara budaya kita sendiri dan budaya dari bahasa yang dipelajari. Ia berharap kegiatan semacam ini ke depannya dapat menunjang sertifikasi internasional baik bagi mahasiswa maupun jurusan. (Hasna/zam)