18 September 2021


Unesa.ac.id, SURABAYA-Jurusan Bahasa dan Sastra Jerman Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNESA bersama Komunitas Traveller Kompasiana (Koteka) menggelar talkshow tentang ‘Sekilas Kota Bonn dan Menjadi Jurnalis di Luar Negeri; Peluang dan Tantangan’ pada Sabtu (18/09/2021). Hendra Pasuhuk, Jurnalis Deutsche Welle, Jerman hadir sebagai pembicara. Deutsche Welle (DW) merupakan media penyiaran publik internasional yang bermarkas di Kota Bonn, Jerman.
Kegiatan tersebut diikuti civitas academica FBS, mulai dari para wakil dekan, para dosen hingga mahasiswa selingkung jurusan Pendidikan dan Bahasa Jerman. Selain itu, juga dihadiri para jurnalis dan kalangan umum sekitar 200 peserta yang berasal dari 30 institusi dan 60 kota Indonesia. Bahkan ada juga yang dari Jerman.
Dr. Mintowati, M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik FBS menyampaikan apresiasi atas kolaborasi yang melahirkan diskusi atau talkshow yang sangat luar biasa tersebut. Menurutnya, kegiatan itu menarik, baik dari sisi tema yang membahas tentang Kota Bonn. Para peserta secara tidak langsung diajak ‘traveling daring’ ke kota tepian Sungai Rhein yang pernah jadi ibu kota sementara Jerman Barat itu.
Peserta juga disuguhkan dengan gambaran jadi jurnalis baik peluang dan tantangannya di luar negeri. “Ini akan menjadi pengetahuan dan inspirasi luar biasa bagi kita semua, khususnya bagi mahasiswa, jurnalis atau semacamnya,” ujarnya.
Sementara itu, Gana Stegmann dari Koteka menyampaikan bahwa sejak Covid-19 mewabah, Koteka rutin mengadakan kegiatan yang serupa setiap Sabtu. Pihaknya bekerja sama dengan berbagai kampus, komunitas dan instansi serta KBRI Indonesia di seluruh dunia. “Bersama UNESA ini kita ingin memberikan pengetahuan dan pengalaman yang menarik untuk peserta tentang jadi jurnalis di luar negeri dan bagaimana tantangan serta kompetensi yang dibutuhkan di dalamnnya,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, narasumber dipandu Vinda Maya Setianingrum, S.Sos., M.A., selaku Kepala UPT Humas UNESA yang bertindak sebagai moderator. Hendra Pasuhuk mula-mula bercerita tentang perjalanan karirnya hingga bisa jadi jurnalis Deutsche Welle. Ternyata, ia menjadi jurnalis sejak duduk di bangku perkuliahan. Itu ia tekuni hingga ia bisa ‘bermarkas’ di Jerman.
Ia menerangkan, jurnalis dan aktivis memiliki peran yang berbeda. Jurnalis tugasnya adalah menyampaikan informasi kepada publik dalam bentuk berita bisa berupa cetak, elektronik, atau online. “Informasi yang disebarkan berdasarkan fakta dan biasanya aktual,” ujarnya. Sementara aktivis cenderung menyoroti kebijakan pemerintah agar tepat sasaran dan benar-benar bermanfaat bagi masyarakat. Kendati sedikit ada perbedaan, kedua-duanya punya peran penting dalam tata kelola pemerintah dan keberlangsungan demokrasi.
Hendra membeberkan bahwa menjadi jurnalis cukuplah menantang. Untuk mendapat informasi dan data dari berbagai sumber pun tidak selalu mudah. Karena itu, jadi jurnalis memang harus siap secara mental. Belum lagi mempertahankan independensi, integritas dan kredibilitas jurnalis dan media. Itu cukup menantang dan memang harus terus dipertahankan. “Karena integritas dan kredibilitas adalah jualan media yang tidak bisa dibayar dengan uang,” tukasnya. (QQ/zam)