16 June 2021


Unesa.ac.id, SURABAYA-Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan “tulang punggung” perekonomian Indonesia. Karena itu, mereka harus diperhatikan dan diprioritaskan. Kolaborasi semua pihak merupakan kunci memajukan UMKM. Hal itulah yang ditegaskan Rosa Prafitri Juniarti, S.E., M.S.M Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UNESA dalam forum Bincang Kompas tentang ‘Penguatan Ekonomi Kota Surabaya, Mengokohkan UMKM’ pada Selasa (15/6/2021).
Acara yang digelar secara daring tersebut merupakan kerja sama harian Kompas dengan PT Pelabuhan Indonesia III dalam rangka hari jadi ke-728 Kota Surabaya. Selain akademisi UNESA, sebagai pembicara juga hadir Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, S.T., M.T dan Direktur SDM PT Pelindo III Edi Priyanto, serta Susilaningsih pemilik UMKM sambal dan camilan DedeSatoe. Forum tersebut dipandu oleh Agnes Swetta Pandia Wakil Editor Nusantara Kompas.
Menurut Rosa, kolaborasi untuk membangun UMKM dapat dilakukan dengan banyak cara dan startegi. Pelaku UMKM diberikan kesempatan untuk mengelola bisnisnya dengan baik, menjaga hubungan baik dengan konsumen, dan melakukan rencana pengembangan usaha ke depannya.
Tidak sampai di situ, lanjutnya, pemerintah tentu harus hadir, tidak hanya sebagai pendata UMKM secara berkala saja, tetapi juga memastikan kondisi UMKM di lapangan tetap tumbuh dan berkembang dengan baik serta mengantisipasi hal-hal yang bisa berdampak pada pertumbuhan UMKM lewat regulasi yang menguntungkan pelaku usaha tersebut.
Rosa melanjutkan bahwa perguruan tinggi juga memiliki peran penting di situ. Bisa berperan lewat riset pengembangan UMKM, memberikan pelatihan dan pendampingan, serta membantu menciptakan dan mengembangan UMKM di lapangan lewat berbagai program. Apalagi dengan adanya program MBKM di masing-masing perguruan tinggi yang bisa semakin mengokohkan peran kampus terhadap perkembangan dan kemajuan UMKM di tengah masyarakat.
Lantas apa tugas Industri? Tentu bisa dengan mendukung pendampingan dan permodalan serta peran penting lainnya untuk mengangkat sektor UMKM. “Dengan menjalankan tugas pokok dan fungsi masing-masing pihak dalam skema kolaborasi seperti itu, ditambah insfrastruktur digital yang baik, tentu kita optimistik UMKM bisa semakin tumbuh, berkembang dan maju,” tegasnya.
Sementara itu, Eri Cahyadi mengatakan bahwa Pemkot Surabaya selama ini sudah memberikan yang terbaik untuk kemajuan para UMKM. Mulai dari membimbing, memudahkan urusan regulasi serta membantu dalam hal branding dan pemasaran produk. Program tersebut, lanjutnya, dijalankan mulai dari tingkat dinas hingga tingkat kelurahan dan menjangkau seluruh UMKM Surabaya yang mencapai sekitar 45 ribu jumlahnya.
Bahkan untuk memudahkan UMKM, Pemkot Surabaya meluncurkan aplikasi e-local market yang akan dimulai beberapa waktu dekat ini. Dengan aplikasi tersebut, para UMKM dipertemukan dengan pasarnya. “Pasarnya di sini untuk sementara adalah PNS se-Kota Surabaya yang jumlahnya sekitar 15 ribu orang,” ujar Eri.
Kemudian Edi Priyanto mengatakan bahwa Pelindo III mendukung kemajuan UMKM. Di Kota Surabaya, lanjutnya, Pelindo III memiliki sekitar 150 UMKM binaan. “Selama pandemi, kami juga ada stimulus untuk UMKM,” ujar Edi.
Susilaningsih pemilik UMKM sambal dan camilan DedeSatoe pada kesempatan itu mengatakan bahwa kemajuan UMKM memang harus diawali dari UMKM sendiri. Tidak hanya sekedar membangun usaha, tetapi harus didasari niat, ketekunan dan semangat. Selain itu, tentu dukungan dari semua pihak, mulai dari pemerintah, perguruan tinggi, industri, dan pihak lainnya. (Humas Unesa)