07 August 2022


Unesa.ac.id, SURABAYA-Percepatan dan perluasan vaksinasi nasional terus dilakukan pemerintah. Pada Minggu, 7 Agustus 2022 Kemenkes bersama DPR-RI, Pemprov Jawa timur dan UNESA menyelenggarakan vaksinasi dosis satu, dua dan tiga (booster)di Gedung LP3 UNESA, Kampus Lidah Wetan, Surabaya.
Ada sekitar 500 dosis Pfizer yang disediakan. Sasaran vaksinasi yaitu civitas academica UNESA dan masyarakat umum. Kegiatan vaksinasi itu dihadiri anggota Komisi IX DPR RI Dapil Jawa Timur Arzeti Bilbina, SE, MAP.
Kemudian acara dilanjutkan dengan sosialisasi Germas dalam percepatan penurunan pencegahan stunting yang diikuti ibu-ibu, SMCC, dan organisasi mahasiswa selingkung Unesa.
Suprapto S.Pd., M.T., Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan menuturkan bahwa anak adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan. Oleh karena itu, sudah selayaknya dijaga amanah tersebut dengan sepenuh hati.
“Anak-anak adalah penerus generasi kita dan kita wajib untuk menjaga dan bertanggung jawab dengan kesehatan dan pendidikannya, agar bisa tumbuh dengan cerdas dan sehat,” ucapnya.
Kesadaran Orang Tua
Arzeti Bilbina menuturkan, calon ibu harus memiliki kesiapan penuh sebelum melahirkan seorang seorang anak. “Langkah pertama untuk pencegahan stunting adalah dengan membenahi kesehatan reproduksi sebelum menikah kemudian perbaikan gizi. Karena stunting itu adalah pembicaraan gizi,” ujarnya.
Selain itu, Arzeti Bilbina juga menyoroti terkait penurunan stunting dari tahun ke tahun. “Tahun 2020 sampai 2022 penurunannya tidak begitu tinggi, harapannya dengan kerja sama dan komitmen kita bersama dapat menurunkan angka stunting secara drastis lagi ke depan,” ucapnya.
Rutin Konsultasi
Pada sesi sosialisasi, terdapat dua pemateri yang dihadirkan, di antaranya adalah Sub Koor Kesga (kesehatan keluarga) dan Gizi Masyarakat Dinas Kota Surabaya dr Sri Lestari dan penyuluh kesehatan masyarakat muda sub koor promkes dinkes provinsi Jawa Timur Malik Arif, SKM, M.Kes.
Sri Lestari mengimbau agar masyarakat sadar kesehatan dan rutin melakukan konsultasi ke dokter. Konsultasi tidak harus ketika sedang sakit atau tampak gejala gangguan pertumbuhan anak, tetapi setiap perkembangan anak harus tetap dipantau dikonsultasikan sebagai langkah pencegahan.
“Pola asuh juga penting. Anak yang diasuh orang tua, nenek, atau pengasuh itu beda bangat. Hal itu juga akan berpengaruh terhadap nutrisi yang diterima sang anak,” bebernya.
Pola Asuh dan Gizi jadi Kunci
Malik Arif menuturkan bahwa untuk menurunkan angka stunting ada beberapa yang dilakukan Germas yaitu 1) aktifitas fisik; 2) pangan sehat dan perbaikan gizi; 3) peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit; 4) lingkungan sehat yang dimulai dari air bersih; 5) edukasi dan perilaku sehat seperti bisa memilah dan memilih informasi yang anti hoax.
“Keluarga yang membentuk perilaku anak kita terutama kesehatan di masyarakat. Dan kondisi anak stunting ditandai dengan tinggi badan anak tidak sama. Itu bisa kita cegah dengan memberikan gizi yang tinggi kepada anak,” tandasnya.
Ririn Tofani warga Surabaya yang hadir di acara tersebut mengatakan bahwa kegiatan seperti edukasi seperti itu harus terus dilakukan. Agar orang tua semakin peduli pada perkembangan dan pertumbuhan anaknya.
“Saya menjadi tahu penyebab anak perempuan saya yang sekarang terkena stunting. Dari sini pun saya jadi paham apa yang harus saya lakukan agar anak-anak saya bisa tumbuh dan berkembang dengan baik,” ujar perempuan 30 tahun itu. [HUMAS UNESA]
Penulis: Riska Umami dan Amelia Rizka
Editor: @zam Alasiah*