01 November 2019


Unesa.ac.id, Surabaya - Perkembangan ilmu kebahasaan, ilmu kesastraan, serta pengajaran bahasa dan sastra, baik untuk bahasa Indonesia maupun bahasa asing telah berkembang pesat mengikuti paradigma saat ini. Berdasarkan hal tersebut, Fakultas Bahasa dan Seni mengadakan seminar nasional Paramasastra ke-6, yang digelar di Auditorium T13 FBS Unesa, kamis (30/10). Acara ini dihadiri oleh Dekan, Wakil Dekan, serta pimpinan jurusan selingkung FBS.
Seminar ini diikuti sebanyak 250 peserta yang berasal dari beberapa universitas diluar dan dalam Unesa sendiri. Lebih lanjut gelaran ini juga menghasikan 32 pemakalah dalam bidang kebahasaan.
Ketua Pelaksana Yunanfathur Rahman, S.S., M.A., menyampaikan bahwa kegiatan Paramasastra ke-6 ini sedikit berbeda dari seminar Paramastra sebelumnya. Menurutnya, dalam seminar ini mengupas lebih dalam tata bahasa yang berfokuskan pada nilai sastra, seni, dan budaya.
“Berbeda dengan Paramasastra sebelumnya kami lebih menjangkau jauh lagi untuk mengusung tema Bahasa, Sastra, di Era Masyarakat 5.0,” ujarnya.
Hal tersebut diamini oleh Dekan FBS, Dr. Trisakti, M.Si. Menurutnya mengangkat tema era 5.0 menjadi perkembangan yang luar biasa. Akan tetapi jangan lupa untuk mengadopsi era 4.0 untuk selangkah lebih maju. Secara keseluruhan Trisakti menjelaskan bahwa perkembangan segala ranah bidang keilmuan memasuki masa yang sangat penting, untuk itu pola pikir harus cepat beradaptasi mengantisipasi segala macam perubahan.
“Paramasastra ini dapat dijadikan pijakan untuk melangkah lebih jauh lagi, baik dunia kebahasaan dan juga seni budaya. Perkembangan era revolusi 4.0 menjadi 5.0 jangan dijadikan penurunan potensi diri namun untuk bisa berkembang berpikir secara kompleks dan sistematis,” ungkap Dr. Trisakti.
Seminar Paramasastra 6 menghadirkan beberapa narasumber yang telah memiliki reputasi dibidangnya dalam taraf nasional maupun internasional, diantaranya ada Dr. Yuni Pratiwi, M. Pd., selaku Kaprodi Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Dr. M. Rohmadi, M. Hum., yang merupakan Ketua Adobsi Universitas Negeri Sebelas Maret, Dr. Mintowati, M. Pd., Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Bahasa Dan Seni (FBS) Unesa, serta Dekan FBS, Dr. Trisakti, M.Si.
Narasumber pertama, Yuni pratiwi, menyampaikan posisi strategis dan pemberdayaan pembelajaran sastra Indonesia menyambut era masyarakat Industri 5.0. "Jumlah sumberdaya manusia produktif dengan jumlah yang melimpah harus disiapkan kapabilitasnya untuk hidup dengan kemampuan literasi informasi, pemahaman dan kemampuan menggunakan media dan kewirausahaan untuk mendukung produktivitasnya," jelas yuni.
Sementara itu, Trisakti menyampaikan tentang pendidikan abad 21 seperti literasi dan Higher Order of Thinking Skill (HOTS) yang berititik pada kemampuan berpikir, "Penerapan kurikulum pada pendidikan abad 21 setidaknya ada tiga konsep diantaranya penguatan pendidikan karakter, literasi dan HOTS, konsep HOTS itu selalu dilakukan bagaimana menerapkan HOTS pada pembelajaran" tuturnya.
Rohmadi selaku narasumber ketiga menyampaikan tentang belajar dan membelajarakan bahasa dan sastra Indonesia dengan pendekatan pragmatik bagi guru dan dosen di era digital.
"Guru dan dosen era digital harus kaya dengan materi pembelajaran. Hal ini sebagai bentuk penguatan kompetensi hardskill yang harus dikuasai oleh guru dan dosen dalam berbagai perspektif. Guru dandosen harus kaya materi pembelajaran melalui enal literasi dasar, yakni (1) literasi menulis dan membaca, (2) literasi numerik, (3) literasi digital, (4) literasi sains, (5) literasi keuangan, dan (6) literasi budaya dan kewarganegaraan" kata rohmadi
Yang terakhir, Mintowati menyampaikan tentang etika berbahasa dalam kecanggihan teknologi. Menurutnya, untuk bersosial media harus bijak serta menggunakan bahasa santun. Dalam hal ini ia memberikan contoh yang akhir-akhir ini yang sedang viral nyinyiran istri TNI di media sosial yang ditelaah menggunakan kajian Pragmasemantik.
Kesan yang didapat Prahoro Yudo selaku peserta Seminar Paramasastra mengungkapkan narasumber yang hadir memberikan materi yang menarik dan membuat antusias para peserta. "Setelah mengikuti seminar ini dapat menambah wawasan kami dalam berproses kebahasaan. Semoga apa yang telah didapat bisa diimplementasikan dengan baik,” ungkapnya. (esti/why)