14 July 2019


Upaya pengembangan pendidikan inklusi harus terus dilaksanakan secara berkelanjutan seiring dengan meningkatnya kesadaran dan akomodasi pada siswa berkebutuhan khusus. Misi tersebut mendasari Universitas Negeri Surabaya, bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Southeast Asia Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Centre for Special Education (SEAMEO SEN) menyelenggarakan 3rd International Conference on Special Education di Hotel Shangrila Surabaya 13-15 Juli. Mengambil tema Elevating innovation for Sustaible Development of Special Education, Kegiatan ini menjadi forum berbagi bagi seribu lebih peserta dari 20 negara.
Dalam sambutannya, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes, Rektor Unesa, meyakini bahwa kekhususan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus seharusnya tidak menjadi batasan bagi mereka untuk mengembangkan bakat dan potensi. Karena itu, memperhatikan perkembangan dan pendidikan bagi anak inklusi menjadi bagian yang penting, terutama bagi orang tua, pendidik, dan para pihak lainnya.
“Di Indonesia, masih ada lebih dari satu juta anak inklusi yang tidak mengenyam pendidikan di sekolah. Hal ini semakin mengukuhkan peran penting banyak pihak untuk membantu anak inklusi mengembangkan potensinya tanpa dibatasi oleh kekhususan yang dimiliki anak”, tegasnya.
Hal itu membuat Nurhasan berharap forum ini memainkan peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama pendidikan inklusi.
“Pendidikan terus berkembang dan saat ini inovasi-inovasi baru sangat penting, khususnya inovasi pembelajaran bagi pendidikan peserta didik yang berkebutuhan khusus, dan ini menjadi tantangan dan peluang bagi mereka yang terlibat.”, terangnya
Selanjutnya, ia juga merelasikan isu ini dengan perkembangan teknologi. Menurutnya dalam era industri 4.0 para penyelenggara pendidikan inklusi dituntut berbenah diri. Inovasi-inovasi pembelajaran bagi peserta didik inklusi kini harus lebih banyak memanfaatkan teknologi informasi yang ada.
“Pemberi layanan pendidikan bagi anak inklusi dan anak dengan kecerdasan istimewa diharapkan tidak gagap teknologi dan harus bisa mengikuti tren. Pendidikan inklusif yang selaras dengan era digitalisasi diharapkan mampu membekali peserta didik mampu berinteraksi dengan baik di tengah masyarakat”, terangnya.
Sementara itu Ananto Kusuma Seta Ph.D, Staf Ahli Bidang Inovasi dan Daya Saing Kemendikbud yang hadir mewakili Prof. Dr. Muhajjir Effendi, Mendikbud, turut mengapresiasi berlangsungnya forum ini sekaligus berterima kasih pada SEAMEO yang memberi kesempatan penyelenggaraan konferensi ini di Surabaya. Dalam sambutannya, Ananto mengajak hadirin merefleksikan pendidikan sebagai hak dan kebutuhan dasar.
“Pendidikan adalah dasar dari setiap hak manusia. Setiap orang boleh melakukan apapun namun harus membutuhkan pendidikan karena pendidikan adalah dasar bersosialisasi’, terangnya.
Dukungan terhadap agenda ICSE 2019 ini juga diungkapkan Hjh. Salmah Binti Jopri, Direktur SEAMEO SEN. Ia merasa senang dengan acara ICSE karena sesuai dengan visi SEAMEO yang Salah satunya membantu anak-anak berkebutuhan khusus. Tujuh Visi SEAMEO yaitu mencapai pendidikan anak usia dini secara menyeluruh, mengatasi hambatan untuk pendidikan inklusi, Ketahanan dalam menghadapi keadaan darurat, Mempromosikan pendidikan dan pelatihan keahlian maupun kejuruan, Revitalisasi pendidikan guru, Harmonisasi pendidikan tinggi dan Penelitian, serta Mengadopsi kurikulum abad ke-21
Kegiatan berlangsung dua hari dengan berbagai forum diskusi dengan diakhiri kunjungan ke beberapa sekolah inklusi di Surabaya. (HumasUnesa)