Unesa.ac.id-Surabaya, Sarasehan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, BEM, dan DPM FIP/FKIP Se-Indonesia bertajuk Kuliah Umum dilaksanakan di Auditorium O5, Fakultas Ilmu Pendidikan, Unesa, (02/08). LPTK yang mengikuti acara tersebut diantaranya Universitas Negeri Jakarta, Universitas Negeri Gorontalo, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Padang, Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Semarang, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Muhamadiyah Surakarta, dan Universitas Negeri Surabaya. Turut pula dekan FIP Unesa, Drs. Sujarwanto, M.Pd., beserta jajarannya menyambut tamu LPTK Se-Indonesia tersebut.
Kuliah umum kali ini menghadirkan narasumber yang membahas terkait Pembinaan organisasi mahasiswa radikalisme. Pertama yang memberikan materi yakni Dr. Ketut Prasetyo, M.S., yang membahas terkait strategi pembinaan kegiatan ormawa. Dalam pembahasannya Ketut menyampaikan bahwa dalam pembinaan organisasi mahasiswa meliputi tiga elemen yakni pengenalan ormawa, pengembangan, dan prestasi. Selain itu ketut juga menyampaikan bahwa pondasi dalam pembentukan ormawa yang berkualitas yakni dengan menanamkan kejujuran. Dengan ditanamkan kejujuran dalam diri mahasiswa akan memantapkan karakter mahasiswa dalam berprestasi.
“seluruh mahasiswa Unesa perlu ditanamkan nilai kejujuran dalam dirinya. Hal tersebut sebagai bentuk memperkokoh pondasi dalam menghasilkan mahasiswa yang kreatif, inovatif, berprestasi, dan pengabdian,” ujar Ketut.
Selain itu tidak kalah menarik pula topik pembahasan dari narasumber kedua yakni Prof. Ahmad Muzaki, Ph.D., terkait pencegahan radikalisme di perguruan tinggi. Ditinjau dari garis besarnya untuk mencegah radikalisme masuk ke kampus yakni menanamkan ideologi pancasila dan dasar agama yang benar. Muzaki juga menjelaskan bahwa mahasiswa sekarang jangan terkecoh dengan kata sholeh. Kata sholeh sendiri menjadi bidikan kaum radikal untuk mempengaruhi beberapa orang untuk masuk ke dalam kaumnya. Akan tetapi perlu diingat sholeh memiliki dua makna yakni benar dan tepat.
“kita harus menjadi orang cerdas, jangan terkecoh dengan kata sholeh. Sholeh itu terdiri dari dua yakni benar dan tepat. Jika hanya satu itu bukan soleh,” ujar Ahmad Muzaki. (why/tni)
Sarasehan Wadek Bidang Kemahasiswaan Bahas Ormawa dan Pencegahan Radikalisme

03 August 2018