21 November 2022


Unesa.ac.id, SURABAYA-Guna meningkatkan rasa nasionalisme mahasiswa, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (JBSI), Fakultas Bahasa dan Seni, (FBS) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menghelat Seminar Nasional Bulan Bahasa 2022 di Auditorium Lantai 3, Gedung T2, FBS Kampus Lidah Wetan, pada Senin (21/11/2022).
Seminar ini mengangkat tema “Penguatan Nasionalisme Bahasa dan Sastra Indonesia Pascapandemi” dan diikuti ratusan peserta. Narasumber yang hadir yaitu Prof. Dr. Suyatno, M.Pd. dari UNESA dan Dr. Eti Setiawati, M.Pd., dari Universitas Brawijaya. Mereka ditemani Prima Vidya Asteria, dosen FBS sebagai moderator.
Ketua pelaksana, Andik Yulianto menyebutkan, kegiatan ini digelar secara rutin tiap tahunnya dan ini merupakan luring yang pertama semenjak pandemi. Tema yang diangkat ini dimaksudkan untuk meningkatkan rasa nasionalisme kaum milenial khususnya pada kalangan mahasiswa mengingat beragamnya budaya yang ada di Indonesia.
“Nasionalisme yang diharapkan bukan hanya dalam skala nasional saja, melainkan juga sebagai persiapan untuk dijadikan pondasi menuju ranah internasional, karena Indonesia juga sudah mulai dikenal di berbagai negara,” terangnya.
Bulan Bahasa harus diperingati dengan acara-acara nasionalisme. Peristiwa Sumpah Pemuda di bulan Oktober yang di dalamnya, terdapat bahasa Indonesia yang dijadikan sebagai bahasa pemersatu. Sehingga terdapat kaitan antara bahasa Indonesia dengan rasa nasionalisme.
Kajur Bahasa dan Sastra Indonesia, Heny Subandiyah mengatakan bahwa semangat untuk melestarikan bahasa Indonesia tidak boleh hilang. Spirit ini harus dimiliki oleh semua warga negara Indonesia. Generasi muda khususnya, yang merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan mampu untuk mengembangkan bahasa Indonesia di kancah internasional.
“Sejarah telah membuktikan bagaimana peran bahasa Indonesia dalam perjalanan bangsa ini. Bahasa Indonesia memiliki kesaktian dan ciri khas yang berbeda dengan bahasa yang serumpun,” tambahnya.

Ia juga menekankan bahwa masalah keberagaman bukan menjadi halangan, tetapi menjadi kekuatan dalam melestarikan dan mengenalkan bahasa Indonesia di mata dunia.
Guru Besar UNESA, Suyatno dalam pemaparannya menyampaikan, bahasa Indonesia segera menjadi bahasa resmi di Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) bahkan menjadi bahasa internasional. Untuk menjadi bahasa internasional sendiri, terdapat berbagai syarat yang terfokuskan pada pengguna bahasa tersebut.
“Bahasa Indonesia itu sudah memenuhi syarat untuk menjadi bahasa internasional, tetapi yang belum bisa menguatkannya pada aspek beberapa negara yang belum melirik bahasa Indonesia,” bebernya.
Dia mengungkapkan, fakta terkini bahwa bahasa Indonesia berada di peringkat ketiga setelah bahasa Jepang dan Mandarin di Asia dalam wikipedia. Beliau juga menekankan untuk menggunakan bahasa Indonesia baik dalam media sosial maupun di lapangan untuk memperkuat rasa nasionalisme.
Sementara itu, menurut Eti Setiawati, penguatan nasionalisme bisa dilakukan melalui cyberpragmatic. Menurutnya, banyak sekali dampak perkembangan teknologi informasi pada nasionalisme seseorang. Penggunaan gawai dan juga mencontoh budaya asing yang tidak sesuai dengan visi misi bangsa Indonesia, menjadikan para generasi muda yang buram akan budaya leluhur negeri.
“Ini bisa dibuktikan pada penggunaan alat komunikasi (gawai) yang mencontoh budaya asing yang tidak sesuai dan semakin marak di kalangan siswa bahkan di lingkungan Sekolah Dasar,” jelasnya.
Dosen UB ini juga mengatakan fenomena penggunaan bahasa melalui media sosial saat ini banyak berdampak pada ranah psikologis dan hukum. Pasalnya konten media sosial dominan berisi seputar penghinaan, pencemaran nama baik dan pengancaman. Konten media sosial harusnya membangkitkan rasa nasionalisme, yang berbasis sejarah dan budaya. Sehingga bangsa Indonesia tidak kehilangan jati dirinya mulai dari generasi mudanya. [HUMAS UNESA]

Penulis: Mohammad Dian Purnama
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas UNESA