29 November 2022


Unesa.ac.id, SURABAYA-Yekti Wulancahyani akhirnya bisa lega setelah berhasil mempertahankan tesisnya di hadapan para penguji dalam sidang yang berlangsung di Ruang Rapat, Lantai 4, Gedung Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Kampus Lidah Wetan kemarin (Senin, 28 November 2022).
Yang bikin melegakan dan membanggakan lagi, Yekti sidang tesis berbarengan dengan putranya, Rahadyan Lazuardhi Prasadhana. Ya, dia dan anak sulungnya sama-sama kuliah magister di prodi S-2 Pendidikan Luar Sekolah (PLS), Pascasarjana, UNESA. Masuk tahun 2020. Mereka satu kelas. Sidang bareng dan selesai bareng.
Yekti dan putranya memang sejak awal kuliah sudah kompak. Selalu belajar bersama dan menyelesaikan tugas pun bersama. “Kita belajarnya bareng. Anak saya tantangannya apa dan saya tantangannya apa, saling sharing dan memotivasi. Sejak itu kami juga komitmen agar bisa lulus bareng. Ya sebagai seorang Ibu, tentu bangga dengan pencapaian ini,” ujarnya usai sidang.
Perempuan yang merupakan dokter hewan itu menambahkan, menjalani proses kuliah tentu banyak sekali tantangannya. Di samping harus pandai membagi waktu dengan pekerjaan, juga harus memotivasi diri agar tetap konsisten menyelesaikan berbagai tugas dan riset.
“Belum lagi pandemi. Saya kan di Bali sementara anak saya sudah berkeluarga dan tinggal di Bekasi. Nah, suami saya sudah berpulang ke rahmatullah. Untuk menjaga komitmen kami dengan kesibukan masing-masing itu gak gampang. Saya harus memotivasi diri saya dan anak saya,” papar perempuan pemilik Homeschooling Primagama di berbagai daerah itu.
Yekti mengaku bangga bisa sidang bareng sang anak. Saat presentasi dia tidak merasa canggung pun saat menjawab berbagai pertanyaan dari dewan penguji. “Saya presentasi itu sudah biasa diperhatikan anak-anak. Tanpa disadari, gaya presentasi saya mirip dengan cara anak saya presentasi. Anak memang peniru yang sangat baik,” ucap ibu tiga anak itu sembari tertawa ringan.
Untuk tesisnya, Yekti meneliti pengaruh home visit dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar peserta didik. Hasil penelitiannya menemukan pentingnya keterlibatan keluarga atau orang tua dalam proses pendidikan anak.
Apa sih kiatnya kok bisa kompak? Dijelaskan Rahadyan bahwa itu semua karena faktor dukungan keluarga dan komitmennya bersama sang Ibu. “Mama itu orangnya sangat terbuka. Saya juga sering bercerita apapun. Mama terus memotivasi. Jadinya ada tekad yang kuat serta komitmen untuk belajar dan selesai bareng,” terangnya.
Selain itu, Rahadyan percaya dengan sang Ibu dan selalu memenuhi keinginan sang Ibu. Lagian, keinginan seorang Ibu hanya ingin melihat anaknya bisa hidup sukses dan bahagia. “Tidak ada salahnya saya ikuti. Toh ini demi kebaikan saya juga. Dan, saya percaya, rida orang tua adalah rida Allah,” tukasnya.
Selanjutnya, agar bisa kompak perlu mengenali kesamaan antara anak dan ibu. Bagi Rahadyan, antara anak dan orang tua itu tentu memiliki perbedaan. Nah, perbedaan bukanlah masalah, tetapi menjadi bagian dari proses memahami satu sama lain. Kemudian, omelan orang tua pun tidak bisa dipandang negatif. Karena itu demi kebaikan anak juga.
“Terima kasih kepada Ibu dan keluarga saya tentunya. Kemudian ucapan terima kasih juga kepada para dosen, pembimbing dan penguji sehingga saya dan Ibu saya tercinta bisa sampai di titik ini. Terima kasih semuanya. Semoga pencapaian ini bisa berkah dan bermanfaat,” tutupnya. [HUMAS UNESA]
Penulis: Hasna
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas UNESA