02 April 2024


Ketua Kotunesa, Moch Fadillah Akbar saat menjelaskan tentang keistimewaan lailatulqadar dalam program Ngaji Bahasa Isyarat di Ruang Direktorat Disabilitas, Gedung Rektorat, Kampus 2 Lidah Wetan.
Unesa.ac.id., SURABAYA—Belasan mahasiswa tunarungu tampak antusias membaca Al-Qur'an dengan bahasa isyarat dalam program Ngaji Bahasa Isyarat yang diselenggarakan Komunitas Tuli UNESA (Kotunesa) di Ruang Direktorat Disabilitas, lantai 1 Gedung Rektorat, Kampus 2 Lidah Wetan, pada Kamis, 28 Maret 2024 lalu.
Dalam kegiatan yang difasilitasi Direktorat Disabilitas atau Pusat Unggulan Ilmu Disabilitas ini, mahasiswa tunarungu membaca ayat suci Al-Qur'an dipandu Moch. Fadillah Akbar.
Pria yang merupakan ketua Kotunesa tersebut memandu membaca Al-Qur'an secara perlahan dengan memainkan sejumlah gerakan bibir, tangan dan gestur menandai isyarat sejumlah huruf dan cara baca.
Mahasiswa disabilitas (tunarungu) UNESA membaca Al-Qur`an dengan bahasa isyarat
Hal tersebut kemudian diikuti peserta dengan cara yang sama yaitu menggerakkan bibir, tangan dan gestur sebagai tanda membaca ayat per ayat yang ditampilkan di depan.
Kegiatan ngaji bahasa isyarat tersebut rutin diselenggarakan setiap pekan selama Ramadan. Moch. Fadillah Akbar mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan upaya mereka untuk memfasilitasi agar mahasiswa tunarungu bisa tetap belajar ngaji.
"Tidak ada halangan untuk belajar mengaji, termasuk bagi teman-teman mahasiswa tunarungu. Itu merupakan bagian dari kewajiban kita. Apalagi ini bulan suci Ramadan yang setiap perbuatan, bacaan ayat suci Al-Qur'an bernilai ibadah berkali-kali lipat," ucapnya.
Biasanya, setelah membaca kalamullah, mereka melanjutkannya dengan tausiah keagamaan yang pada kesempatan itu membahas tentang kemuliaan sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dan lailatulqadar.
Tazkiya Nur Rahmah, mahasiswa Pendidikan Luar Biasa (PLB) didampingi volunteer menyampaikan komentar dan kesannya mengikuti Ngaji Bahasa Isyarat
Itu dilakukan untuk mengingatkan kembali makna dan nilai 10 hari terakhir dan lailatulqadar beserta amalan-amalan ibadah yang dianjurkan di dalamnya. "Ramadan dengan kemuliaan lailatulqadar di dalamnya lebih baik dari seribu bulan. Ini yang perlu kita manfaatkan untuk kemuliaan hidup di dunia dan akhirat," ucapnya.
Salah satu peserta ngaji bahasa isyarat, Tazkiya Nur Rahmah, mahasiswa Pendidikan Luar Biasa (PLB) menyampaikan bahwa kegiatan ini penting baginya selain bisa meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur'an melalui bahasa isyarat, juga dapat meningkatkan pemahaman keagamaan, terutama di bulan suci Ramadan.
"Sebagai mahasiswa, tugas kita selain belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman, juga untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT," ucap mahasiswa asal Pacitan itu.
Hal yang sama disampaikan Risnanda Helmy, mahasiswa Pendidikan Kepelatihan Olahraga. Dia mengikuti kegiatan tersebut karena ingin belajar dan mendalami pemahaman tentang baca Al-Qur'an dan kemuliaan bulan Ramadan.
Direktur Disabilitas dan jajarannya bersama pengurus Kotunesa dan mahasiswa peserta Ngaji Bahasa Isyarat UNESA
"Ramadan itu bulan mulai yang harus kita isi dengan kegiatan yang mulia juga, seperti ngaji bahasa isyarat ini. Selain bisa ngumpul, saling memotivasi juga saling belajar tentang agama," ucap mahasiswa asal Blitar tersebut.
Sementara itu, Direktur Disabilitas atau Pusat Unggulan Ilmu Disabilitas UNESA, Dr. Wagino, M.Pd., mengatakan bahwa ngaji bahasa isyarat menjadi kegiatan rutin setiap bulan Ramadan ke depan.
"Program ngaji bahasa isyarat untuk mahasiswa tunarungu yang didampingi sejumlah volunteer dari mahasiswa. Biasanya, selepas ngaji itu ada santunan ke panti asuhan," ucap dosen kelahiran Bandung itu. []
***
Reporter: Lina Lubabatul Karimah (FBS)
Editor: @zam* (FIP)
Foto: Dokumentasi Tim Humas