16 April 2024


Cintania Imani Al-Quranisa, peserta SNBP 2024 yang diterima di UNESA pada usia 16 tahun kurang sehari.
Unesa.ac.id, SURABAYA--Cintania Imani Al-Quranisa sudah membanggakan orang tuanya setelah diterima di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) jalur SNBP 2024. Hebatnya lagi, dia masuk sebagai peserta termuda dengan usia 16 tahun kurang sehari pada saat jalur tersebut diumumkan pada 26 Maret 2024 lalu.
Perempuan kelahiran Wonorejo Surabaya, 27 Maret 2008 itu menunjukkan bahwa tantangan bukanlah penghalang untuk meraih kesempatan menempuh pendidikan tinggi jalur prestasi.
Cinta merupakan buah hati dari seorang ibu yang berprofesi sebagai penata rias dan menjadi tulang punggung keluarga sejak Cinta masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak.
Sebagai anak semata wayang dari keluarga single parent, dia mendapatkan dukungan penuh dari bundanya dalam hal pendidikan. Kedekatan dan kepedulian bundanya telah membentuk fondasi kuat dalam diri Cinta untuk terus belajar dengan disiplin untuk meraih mimpi.
Pendidikannya di MAS Unggulan Amanatul Ummah Surabaya menambah warna perjalanan hidupnya. Di sini, Cinta tidak hanya fokus pada pelajaran formal dari pagi hingga sore hari, tetapi juga memperdalam ilmu agama hingga malam hari.
Kegiatan ekstrakurikuler seperti angklung, paskibra, pramuka, banjari, dan tari menjadi wadah pengembangan diri dan bakatnya.
"Mencari ilmu sehingga bisa berpikir untuk mencari ilmu lebih lanjut hingga kuliah, selain itu juga untuk membahagiakan orang tua agar bangga," tukasnya ketika ditanya tentang motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Impian itu kini semakin nyata dengan masuknya di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) di program studi S-1 Pendidikan Tata Rias, prodi yang sejalan dengan profesi sekaligus melanjutkan estafet perjuangan bundanya.
Metode belajarnya yang konsisten, mendengarkan materi dari guru dan belajar bersama teman-temannya saat waktu luang, membuktikan bahwa keberhasilan membutuhkan dedikasi dan kerja keras. Kelas akselerasi yang ditempuh membuatnya lulus dengan cepat dan masuk universitas pun dengan cepat.
Cinta merasa tersentuh ketika berbicara tentang dukungan dan harapan. "Biasanya, kalau saya lagi sedih, itu teman-teman saya yang mengingatkan dan saling menguatkan. Karena ada bunda yang nunggu buat suksesnya aku," ungkapnya.
Di balik keberhasilannya, ada cita-cita lain yang sempat menggoda imajinasinya, yaitu menjadi seorang dokter. Namun, realitas dan kesadaran diri mengantarnya kembali kepada passion yang lebih realistis dan terjangkau, mengikuti jejak bundanya dalam dunia tata rias.[]
***
Reporter: Sindy Riska (Fisipol)
Editor: @zam*
Foto: Dokumentasi Cintania Imani Al-Quranisa