29 October 2025


Dosen Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Andik Yuliyanto beberkan proses kreatif dan tujuan hadirnya buku “Tajalli Amarthani” dalam agenda peluncuran buku oleh Adobsi Jatim.
Unesa.ac.id., SURABAYA—Asosiasi Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia (Adobsi) Provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menghadirkan “Peluncuran Buku” yang mempertemukan para akademisi, praktisi, dan pemerhati bahasa serta sastra untuk membahas isu-isu terkini secara daring pada Rabu, 29 Oktober 2025.
Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber; pertama, Andik Yuliyanto, dosen Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Surabaya, dengan judul buku “Tajalli Amarthani.” Kedua, Ari Ambarwati dari Universitas Islam Malang, dengan judul buku “Melampaui Sastra Anak”.
Dihadiri oleh sekitar 150 partisipan, kegiatan ini dibuka dengan sambutan Prima Vidya Asteria, dosen FBS Unesa sekaligus Ketua Adobsi Jtim. Pembacaan puisi dari buku “Tajalli Amarthani” turut serta mengisi sesi diskusi dalam bedah buku yang dimoderatori Khoirul Muttaqin dari Universitas Islam Malang.
Dalam “Tajalli Amarthani”, Andik Yuliyanto mengungkap bahwa proses kreatif yang ia tempuh merupakan perjalanan batin yang menjembatani antara dimensi raga dan jiwa. Ia menulis dari pengalaman spiritual yang paling intim—dari momen mengantar jenazah menuju peristirahatan terakhir, perenungan dalam mimpi, hingga percakapan sunyi dengan spirit kehidupan yang tak kasatmata.
Melalui 104 puisi yang termuat di dalam buku antologi puisinya, Andik mengangkat isu-isu sosial dan spiritual yang sering kali luput dari perhatian manusia modern; hal-hal yang tampak sepele, tetapi menyimpan makna eksistensial yang dalam.
Penulis buku “Melampaui Sastra Anak” yaitu Ari Ambarwati dosen Unisma menjelaskan kajian sastra anak di Indonesia dan relevasinya dengan kehadiran buku yang ditulisnya tersebut.
Bagi Andik, proses kreatif adalah perjumpaan antara disiplin dan keikhlasan, di mana setiap penulis memiliki medan batin berbeda, ada yang menemukan ilham di tengah keramaian, ada pula yang mencarinya dalam kesunyian.
Ia menegaskan bahwa puisi tidak semata dibaca untuk dipahami, melainkan untuk direnungi dan dialami. Karena itu, tafsir puisinya sepenuhnya ia percayakan kepada pembaca, agar setiap individu dapat menemukan refleksi moral dan spiritualnya sendiri di antara baris-baris yang ia tulis.
Sementara itu, dalam buku “Melampaui Sastra Anak”, Ari Ambarwati menyoroti bahwa kajian sastra anak di Indonesia masih menjadi wilayah yang belum banyak digarap secara serius, baik dalam ranah akademik maupun kritik sastra.
Padahal sejak tahun 2016, pemerintah melalui Balai Bahasa telah berupaya menghadirkan buku-buku anak berkualitas lewat berbagai program pengadaan. Namun, di tengah meningkatnya kuantitas bacaan fiksi anak dan remaja yang terbit setiap tahun, belum ada evaluasi mendalam mengenai relevansi dan kualitas karya-karya tersebut, apakah benar-benar menjawab kebutuhan, preferensi, dan perkembangan literasi generasi muda.
Ketua Adobsi Jatim, Prima Vidya Asteria menuturkan bahwa kegiatan ini bagian dari gerakan menggeliatkan sastra sebagai ‘denyut nad’i transformasi sosial.
Ari membandingkan situasi ini dengan negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan India, yang telah memiliki ekosistem sastra anak yang matang, mulai dari tradisi kurasi yang ketat, kompetisi sastra anak berskala nasional, hingga kehadiran kritik sastra anak yang berkesinambungan.
Ia menegaskan bahwa di Indonesia, ketiadaan kritik sastra anak yang ajek menunjukkan adanya kesenjangan antara produktivitas dan kualitas. “Ketika ekosistem produksi karya anak semakin marak, tetapi kritiknya nyaris tidak ada, maka kita perlu bertanya kembali: sejauh mana karya sastra anak benar-benar menyentuh, mewakili, dan membentuk dunia batin pembacanya?” ujarnya.
Prima Vidya Asteria selaku Ketua Adobsi Provinsi Jawa Timur dalam sambutannya menyampaikan apresiasi tinggi atas terselenggaranya kegiatan peluncuran buku yang sekaligus menjadi ruang diskusi akademik pertama yang diinisiasi dalam format webinar.
Ia menegaskan bahwa Adobsi Jatim senantiasa terbuka terhadap berbagai usulan kegiatan, topik diskusi, maupun kolaborasi lintas institusi yang dapat difasilitasi melalui forum-forum ilmiah seperti ini.
“Kami ingin menjadikan ADOBSI sebagai wadah yang hidup, tempat para akademisi dan praktisi berbagi gagasan, memperluas jejaring, serta menumbuhkan semangat literasi kritis di bidang bahasa dan sastra,” ujarnya. ][
***
Reporter: Tarisa Adistia (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Tim Humas Unesa