04 September 2021


Unesa.ac.id, Surabaya- Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya menyelenggarakan acara Mathematics, Informatics, Science and Education International Conference (MISEIC) Sabtu, 4 September 2021. Acara ini mengusung tema “Advancing Research on Mathematics, Informatics, Science, and Education for Sustainable Development in the Society 5.0 era”.
MISEIC 2021 telah menjadi kegiatan rutin tiap tahunnya. Kegiatan yang sudah berlangsung lima kalinya ini dihadiri oleh Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd., selaku Wakil Rektor Bidang Akademik. Selain itu, dalam konferensi ini mengundang keynote speakers berbagai pakar diantaranya Gillian Roehrig, Ph.D dari University of Minnesota, Prof.Dr. Erman dari Universitas Negeri Surabaya dan Chia-Ling Chiang, Ph.D dari National Dong Hwa University, Taiwan.
Tidak hanya dari Indonesia, peserta hadir dari berbagai negara diantaranya Amerika Serikat, Jerman, Taiwan, Spanyol, dan China. Total peserta yang mengikuti forum ilmiah ini sebanyak 120 orang. Adapun variasi publisher kegiatan yang disuguhkan seperti Scopus, Clarivate Analytics, Atlantis Press, Web of Science, DOAJ, Google Scholar, Base Road, dan Crossref.
Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd., membuka langsung acara MISEIC tahun 2021 ini, dalam sambutannya ia mengatakan bahwa konferensi ini merupakan salah satu wadah bagi para peneliti, dosen, dan mahasiswa untuk menuangkan ide penelitiannya. Selain itu, ia berharap agar semoga konferensi ini mampu memberikan dampak positif serta dapat berjalan dengan lancar.
Memasuki topik pembahasan pada plenary sesi pertama, Prof. Gillian Roehrig, Ph.D menyampaikan materinya yang berjudul “Defining and Researching K-12 Integrated STEM”. Roehrig mendefinisikan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) dan meneliti K-12 STEM terintegrasi, kemudian menjelaskan bagaimana penelitian di STEM, dengan Pengembangan STEM Observation Protocol (STEM-OP) yaitu (1) Video review dari kualitas iSTEM, (2) Pengembangan kolaborasi draf, (3) Analisis dan konsolidasi, (4) Level item, dan (5) Deskripsi item dan panduan penilaian. Contoh STEM-OP meliputi faktor pertama adalah Higher Order of Thingking Skill dan Rancangan Keputusan, faktor kedua Konteks untuk Pembelajaran STEM, faktor ketiga Data Praktek, faktor keempat Sifat dari integrasi STEM, dan faktor kelima Karir STEM.
Pembicara dari Universitas Negeri Surabaya, Prof. Dr. Erman, M.Pd. memaparkan tentang Addressing Socio-Scientific Issues for Sustainable Development. Ia menjelaskan bahwa Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sebuah platform dengan terminologi baru yang sudah menjadi suatu rencana aksi global yang bertujuan untuk mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan. Menurutnya, Education for Sustainable Development (ESD) mendukung pembelajaran multi-stakeholder dan keterlibatan masyarakat, dan menghubungkan lokal ke global. Mobilisasi penuh pendidikan dan pembelajaran untuk pembangunan berkelanjutan membutuhkan tindakan yang lebih baik di tingkat lokal.
Sementara itu, Prof. Chia-Ling Chiang, Ph.D menyampaikan Materi tentang Science Identity: the distance between science and me. Dalam penelitiannya, Chia-Ling beserta rekan-rekannya tidak hanya mengandalkan suatu teori tetapi mereka lebih menitik beratkan pada bagaimana bentuk pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan identitas mereka. Menurutnya tiap orang memiliki lebih dari satu identitas. dan identitas itu bisa berubah sesuai dengan waktu dan keadaan yang dialami.
Chia-Ling berharap melalui acara MISEIC ini dapat memperkaya pengetahuan kita. Jadi tidak hanya berupa teoritis saja, tetapi kita menginginkan bagaimana mereka melakukan suatu research yang langsung berhadapan dengan objek, baik berupa benda, lingkungan, dan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ia juga menambahkan, bahwa suatu research itu tidak lepas dari suatu kebijakan dan juga suasana penelitian yang mendukung. Salah satunya di MISEIC ini adalah suatu lingkungan yang mendukung untuk berbicara tentang kebijakan atau yang paling penting adalah bagaimana membuat jejaring antara research yang satu dengan research yang lain.
Pada plenary sesi kedua MISEC 2021, ahli matematika dan biologi yang berasal dari University of York, United Kingdom Dr. Jon Pitchford menyampaikan pendekatan baru untuk menangkap fenomena random yang terjadi di alam. Jika selama ini model matematika yang berkembang lebih banyak menangkap fenomena alam tersebut secara deterministik maka menurut beliau model tersebut tidak bisa menyampaikan hal yang sebenarnya terjadi di alam seperti ketika terjadinya proses makan dimakan pada jaring-jaring makanan. Semua yang terjadi di alam benar-benar terjadi secara acak oleh karena itu beliau menyampaikan penggunaan random matrix yang dapat membantu untuk menangkap fenomena acak tersebut. Matrix yang dikembangkan ini tidak hanya dapat digunakan pada proses makan dimakan antara predator dan prey tetapi juga pada bentuk interaksi lainnya seperti kompetisi antara spesies yang satu dengan yang lainnya. Beliau juga mencontohkan penggunaan random matrix untuk spesies yang hidup di laut dimana terjadi proses interaksi antara phytoplankton dan zooplankton termasuk juga ikan kecil dan ikan besar yang menjadi predator untuk semua hewan yang ada di laut. Di akhir presentasinya, beliau juga menambahkan bagaimana random matrix ini dapat digunakan untuk melihat fenomena penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus.
Sementara itu, Prof. Dr. Ingo Eilks menyampaikan materi berjudul Greening the Chemistry Curriculum as A Contribution to Education for Sustainable Development. Dalam penjelasannya, Education for Sustainable Development (ESD) telah menjadi tuntutan dalam berbagai dokumen kebijakan pendidikan baik nasional, maupun internasional. Ada empat mode dasar dalam mengintegrasikan green chemistry dengan pendidikan kimia yang disarankan oleh Burmeister, Rauch, & Eilks (2012), yaitu: Mode 1 mengintegrasikan praktik-praktik dari green chemistry ke kerja praktik, Mode 2 menggunakan green sustainable chemistry untuk mengkontekstualkan pembelajaran kimia, Mode 3 menggunakan isu-isu berkelanjutan sebagai isu-isu sosio-ilmiah di kelas kimia di bawah penyertaan green sustainable chemistry, dan Mode 4 menjadikan keberlanjutan sebagai pendorong reformasi sekolah dan mengubah kehidupan sekolah yang sesuai.(wul/vin)