29 June 2021


Unesa.ac.id, Surabaya-Satuan Artificial Intelligence dan Publikasi Ilmiah (AIPI) UNESA menyelenggarakan kuliah umum seri pertama dengan tema “Pengenalan Artificial Intelligence (AI) dan Pemanfaatannya di Bidang Pendidikan” pada Senin (28/6/2021).
Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd Wakil Rektor Bidang Akademik UNESA dalam sambutannya mengatakan bahwa pada era revolusi industri 4.0 ini, Artificial Intelegence sudah bukan hal yang asing dan menjadi pemahaman sehari-hari. Karena itu, sejak dua tahun lalu, UNESA merancang dua mata kuliah wajib institusi bagi semua mahasiswa.
MK yang dimaksud yakni Literasi Digital dengan tujuan membekali mahasiswa dengan dasar-dasar pemahaman dalam pemanfaatan teknologi dan tentang big data. Tidak hanya bagi mahasiswa yang bergelut di bidang IT, tetapi juga mahasiswa secara keseluruhan.
Sebagai penyeimbang MK tersebut, UNESA juga menetapkan Pendidikan Jasmani dan Kebugaran sebagai MK wajib institusi. “Kami berharap keseimbangan antara kemampuan dasar-dasar teknologi dan kesehatan serta kebugaran jasmani bisa membentuk mahasiswa dan alumni kami yang berjiwa dan berbadan sehat, aktif bergerak dan berkarya serta memiliki kemampuan dalam hal pemanfaatan teknologi,” ujarnya.
Ia menambahkan, UNESA memang berawal dari LPTK, tetapi juga terus bertransformasi sebagai basis pengembangan ilmu-ilmu murni seperti kampus-kampus besar lainnya. Saat ini, lanjutnya, perkembangan AI memang sangat mendasar dan memsuki semua lini kehidupan. Kaitan dengan itu, ia menyambut baik acara yang digagas AIPI UNESA tersebut dengan menghadirkan para tokoh yang berkompeten dalam bidang tersebut.
“Saya percaya ini upaya positif dan menjadi tongggak yang penting bagi perkembangan AIPI UNESA ke depannya,” ujarnya. “Kami pimpinan UNESA bangga dengan divisi ini (AIPI UNESA, red) karena tampaknya di antara 12 LPTKN di Indonesia, yang secara resmi dan legal memiliki satuan artificial intelligence barulah UNESA,” sambungnya.
Ketua Indonesia Artificial Intelligence Society (IAIS) Dr. Ir. Lukas, MAI, CISA, IPM menjelaskan bahwa secara umum AI sebagai teori dan perkembangan komputer biasanya mengerjakan tugas-tugas yang dilakukan manusia.
Saat ini, perkembangan AI berada di tahap Artificial Narrow Intelligence (ANI) di mana AI menjalankan tugas tertentu yang terfokus, tanpa kemampuan untuk mengembangkan fungsionalitasnya sendiri. Impilkasinya yakni dapat mengungguli manusia dalam fungsi-fungsi tertentu, seperti mengemudi, diagnosis medis, dan teknologi financial.
Tahap perkambangan selanjutnya yakni Artificial General Intelligence (AGI) yang terjadi sekitar 2040. Di tahap ini, AI sudah bisa melkaukan tugas-tugas yang luas, memiliki alasan, dan tingkatan kemampuan yang sebanding dengan manusia. Implikasinya AI bersaing dengan manusia.
Kemudian AI mengalami perkembangan hingga ke tahap Artificial Super Intelligence (ASI) yang terjadi beberapa saat setelah tahapan AGI. Tahapn ini AI menunjukan kecerdasan di luar kemampuan manusia. “Dampaknya bisa membantu manusia mencapai tujuan sosial dan bisa juga mengancam umat manusia,” tukas dosen Universitas Atma Jaya itu.
Sementara itu Dr. Intan Nurma Yulita, M.T, Ketua Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Big Data Universitas Padjadjaran, mengatakan bahwa implementasi AI dalam bidang pendidikan bisa dalam berbagai bentuk. Sebagai contoh, di masa pandemi Covid-19 yang mengharuskan belajar dan ujian secara online. “Nah, AI bisa digunakan untuk mendeteksi kecurangan ujian melalui metodologi deteksi kecurangan dengan feature extraction,” ujarnya.
Ketua Satuan Artificial Intelligence dan Publikasi Ilmiah UNESA, Dr. Elly Matul Imah, M. Kom menambahkan, neurokognisi dalam pemanfaatan AI mengacu pada proses menghubungkan dan menilai informasi, dan mencangkup domain kognitif. Neurokognisi meliputi kognitif dalam literatur seperti kecepatan pemrosesan, memori, perhatian, dan fungsi khusus lainnya.
Sedangkan kognisi sosial mengacu pada operasi mental dengan didasari interaksi sosial seperti persepsi, intrepretasi, dan generasi tanggapan tehadap niat, disposisi, dan perilaku orang lain. Ia melanjutkan bahwa AI beberapa di antaranya yakni dalam bentuk biometrik yang dapat digunakan untuk pengenalan wajah, dan mengidentifikasi seseorang berbasis ECG Signal.
Selain itu, dalam bidang perilaku sosial, AI bisa mengklasifikasi dan mendeteksi ujaran kebencian dan kekerasan di ranah publik. Sementara dalam neuro cognitive, AI bisa untuk menganalisis proses belajar siswa, mental workload, dan mendeteksi neuro psychology disorder. (Madina)