14 August 2020


Unesa.ac.id, Surabaya- Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud, Wikan Sakarinto, S.T, M.Sc, Ph.D mengatakan bahwa pendidikan vokasi baik SMK-SMK maupun kampus-kampus vokasi serta lembaga pelatihan keterampilan di Indonesia harus ‘menikah’ dengan industri dan dunia kerja. Hal itu sangat diperlukan sebagai strategi utama dalam mengembangkan pendidikan vokasi.
Pernyataan tersebut disampaikan Wikan dalam webinar series 1 dengan tema “Menyiapkan SDM Kompeten dan Unggul Melalui Pendidikan Vokasi” pada Selasa (11/08) pukul 13.00 via zoom meeting yang diselenggerakan Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya.
Pada kesempatan itu, Wikan juga menjelaskan mengenai tiga cara untuk mendorong terwujudnya Link and Match antara Pendidikan Vokasi dan Dunia Industri/Dunia kerja. Pertama adanya kurikulum yang disusun secara bersama-sama oleh industri dengan pendidikan vokasi. Kedua, dosen tamu dari industri harus rutin mengajar di kampus atau SMK. Dan, ketiga adanya program magang yang terstruktur dan dikelola bersama dengan baik.
“Kurikulum disusun bersama dengan memenuhi prinsip kompetensi masa kini dan kompetensi masa depan. Jadi duduk bersama. Apalagi saat wabah Covid-19 ini, industri sedang berubah, jangan sampai industi berubah kemana-mana, kampus atau SMK itu diam saja,” kata Wikan.
Sementara itu, pakar pendidikan Unesa, Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd menyampaikan tentang Merancang Kurikulum Pendidikan Vokasi di Era Pasca Covid-19. Muchlas mengatakan bahwa kurikulum yang dipakai untuk pendidikan Vokasi adalah Capacity Based Education dan Heutagogy atau Self Determined.
Untuk menerapkan dua kurikulum tersebut, terang Guru Besar Unesa diperlukan strategi dalam penerapannya. Setiap prodi setidaknya harus memiliki enam hal. Pertama, menyediakan mata kuliah “core” sebagai pencirinya (± 60%). Kedua, punya jejaring yang dapat menyediakan mata kuliah/pengalaman belajar berbagai profesi yang terkait. Ketiga, punya tugas proyek yang interdisiplin. Keempat, punya DPA atau tenaga ahli yang dapat memandu mahasiswa dalam mengambil mata kuliah yang sesuai dengan profesi yang diinginkan. Kelima, Menyiapkan mekanisme ekivalensi mata kuliah/pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa di prodi atau tempat lain. Keenam, punya penjaminan mutu (QA) yang kokoh dengan memperlihatkan pengguna lulusan.
Webinar yang dipandu oleh Dr. Maspiyah, M.Kes selaku Dekan FT Unesa itu juga menghadirkan Andreas Gosche, selaku Koordinator Program Kemitraan IHK (KADIN) Trier Jerman dan Adik Dwi Putranto, S.H selaku Ketua Kadin Propinsi Jawa Timur. (esti/sir)