04 August 2020


Unesa.ac.id, Surabaya- Dharma Wanita Persatuan Universitas Negeri Surabaya mengadakan webinar dengan tema "Penguatan Diri Masa Pandemi Covid-19 Menuju Era Adaptasi Kehidupan Baru" pada Sabtu (01/08).
Kegiatan yang berlangsung pukul 10.00-12.00 via zoom meeting diikuti oleh 760 peserta. Di antaranya Ketua Dharma Wanita Persatuan dari perguruan tinggi, Ketua Dharma Wanita Persatuan kota Surabaya, Dharma Wanita Persatuan provinsi JawaTimur, Dharma Wanita dari Perwosi, pengurus DharmaWanita Persatuan Unesa, dokter, guru, dan mahasiswa.
Kegiatan webinar dibuka oleh Rektor Unesa, Prof. Nurhasan selaku Pembina Dharma Wanita Persatuan Unesa. Dalam sambutannya, rektor yang akrab disapa Cak Hasan itu mengapresiasi diadakannya webinar yang baru kali pertama diadakan oleh DharmaWanita Persatuan Unesa.
“Semoga ada seri kedua yang dapat dikaji yakni mengenai bagaimana strategi Dharma Wanita harus tangguh, sabar, dan ikhlas menghadapi keluarga di masa pandemi," ujar cak Hasan.
Sementara itu, Dra. Endah Purnomowati Nurhasan, M.Pd., selaku ketua Dharma Wanita Persatuan Unesa menyampaikan, pada masa pandemic dukungan dari masyarakat sangat penting bagi pasien covid-19 untuk melawan covid-19.
"Pandemi ini mengajarkan banyak hal, diantaranya bagaimana cara kita menumbuhkan empati, mampu menerima sekaligus memberikan penguatan motivasi pada mereka yang terpapar covid-19 sebagai sumber penguatan melawan covid-19," ungkap Endah.
Webinar kali ini menghadirkan beberapa narasumber. Mereka adalah Dr. dr. Tri Maharani, M.Si, Sp.EM, Head of Emergency Departement Daha Husada Hospital, dr. Nur Shanti Retno Pembayun, Shanghai University of Sport dan Dr. Diana Rahmasari, S.Psi, M.si, Kepala jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Unesa.
Dr. dr. Tri Maharani, M.Si, Sp.EM menjelaskan mengenai stigma dan covid-19. Ia menyampaikan pengalaman dirinya saat positif covid-19 usai menangani banyak kasus covid-19 di Rumah Sakit Daha Husada.
Maharani mengatakan, sebelum terkena covid-19, ia tengah mengantarkan pasien positif menuju rumah sakit besar dengan memakai alat perlindungan diri level 3. Usai mengantar, ia langsung memeriksakan diri dengan rapid dan swab test. Ternyata, hasilnya positif.
“Deteksi secara dini ini penting karena dapat menyelamatkannya dari covid-19,” papanya.
Selain itu, Maharani beranggapan perlu adanya pembenahan terkait penanganan pasien covid. Sebab, saat ini banyak stigma di masyarakat yang berdampak pada tenaga medis dan pasien yang positif.
Sementara itu, dr. Nur Shanti Retno Pembayun lebih fokus menjelaskan tentang bagaimana berdampingan dengan covid-19 di era new normal. Apalagi, saat inibelum ada obat dan vaksin yang efektif untuk menyembuhkan pasien covid-19.
Oleh karena itu, masyarakat pada masa pandemi harus hidup dengan tatanan hidup baru dan dapat berdamai dengan covid-19. Tujuannya agar masyarakat tetap produktif dan aman dari covid-19 di masa pandemi.
“Syarat new normal, diantaranya masyarakat harus ikut berperan dan terlibat dalam transisi. Pencegahan di tempat kerja dilakukan dengancara jaga jarak fisik, menyediakan fasilitas cuci tangan, etiket penerapan pernapasan, dan resiko penyebaran kasus masuk dapat dikendalikan,” ujar Shanti.
Di bagian akhir, Dr. Diana Rahmasari, S.Psi, M.si menyampaikan materi tentang dinamika penerimaan diri dan covid-19. Menurutnya, penerimaandirisangatpenting untuk kesehatan mental danbahkanfisik.
"Pasien covid-19 perlu memiliki harapan yang realistis terhadap keadaannya dan tidak cemas terhadap kondisi lingkungan. Mereka juga memerlukan dukungan sosial dari tenaga medis dan pasien untuk membantu mempercepat kesembuhan,” tandasnya. (esti/sir)