20 August 2019


Unesa.ac.id, Surabaya - Senin, 19 Agustus 2019, merupakan hari pertama masuk kuliah di Unesa, termasuk di Program Pascasarjana Unesa. Hari ini ditandai dengan kuliah perdana yang disampaikan oleh Wakil Gubernur Provinsi Jawa Timur, Emil Dardak. Tema kuliah perdana ini adalah "Meningkatkan Peranan Pascasarjana Unesa di Era Revolusi Industri 4.0 dalam Pembangunan Bangsa".
Kuliah dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M. Pd. Moderatornya, Dr. Eko Hariyono, adalah Kaprodi S2 Pendidikan Sain, memandu kegiatan mulai pukul 10.30-11.30. Selain dihadiri oleh seluruh mahasiswa baru, kuliah juga dihadiri oleh Kaprodi S2 dan S3, serta Ketua LP3M Unesa.
Dr. H. Emil Elestianto Dardak, M.Sc, berbicara tentang tantangan era industri 4.0, dan bagaimana kita harus menghadapinya. Era 4.0 menggantikan peran orang dengan mesin dan internet, maka tantangan kita adalah bagaimana kita memiliki kompetensi yang tidak dimiliki mesin. Emil juga memberikan deskripsi tentang big data dan bagaimana implementasinya dalam bidang pendidikan dan ekonomi global. Pendidikan seharusnya tidak hanya membangun hard knowledge, tetapi lebih bergeser ke tacit knowledge. Ilmu yang tidak ada di buku, yang tidak mudah ditransfer. Karena bila ilmu itu ada di buku, maka itu akan digantikan mesin juga.
Menurut pria 35 tahun yang juga pengusaha dan penyanyi ini, menempuh pendidikan, terutama pada program S1 dan S2, tidak hanya hasilnya yang kita prioritaskan, tetapi proses untuk mencapai hasil itu adalah sangat penting. Dia memberikan motivasi supaya para mahasiswa selalu meningkatkan wawasan dan kompetensinya.
Sebagian motivasi itu adalah kisah dirinya sendiri, yang meraih gelar akademiknya pada usia yang masih sangat muda, 22 tahun. Saat itu, dia menjadi peraih gelar doktor Ekonomi Pembangunan termuda di Jepang, dari Ritsumeikan Asia Pacific University.
Komunikasi menjadi sangat penting dalam era saat ini. Jejaring inovasi (innovation network), tidak lagi pusat unggulan inovasi, sangat penting. Coperation menjadi tuntutan untuk era milenial dan post milenial. Dengan manusia sebagai pusatnya (people oriented). Aset terbesar saat ini bukan hanya teknologi, tetapi human empathy.
Mendengarkan ulasannya, harus diakui, Emil yang pernah menjadi bupati di Trenggalek ini (17 Februari 2016-12 Februari 2019), nyata sekali kemampuan akademiknya. Pengalamannya menempuh studi di luar negeri sejak tingkat SMA memberinya wawasan yang luas, jejaring yang kuat, sekaligus membentuknya menjadi sosok yang egaliter. (LN/sh/Humas)