03 July 2022


Unesa.ac.id, SURABAYA-Gejolak politik dunia semakin memanas. Rusia dan Ukraina masih saling serang. Ekonomi global terguncang, harga-harga kian memuncak. Di tengah situasi tersebut, publik berusaha menakar peran Indonesia yang dinahkodai Joko Widodo dua periode ini. Mengenai strategi Indonesia, BEM UNESA bersama pakar menguliknya dalam Seminar Nasional di Auditorium Lantai 11, Gedung Rektorat Kampus Lidah Wetan, Surabaya pada Kamis, 30 Juni 2022.
Seminar tersebut bertajuk “Pertahanan dan Politik Bebas Aktif: Mengulas Strategi & Kontribusi Pemerintahan Jokowi Menghadapi Gejolak Politik Dunia” ini dihadiri kurang lebih 200 peserta. Dwi Ardiansyah, Presiden BEM UNESA dalam sambutannya menyampaikan bahwa tema yang dibawakan merupakan bentuk representasi dunia perpolitikan baik nasional maupun global berjalan. “Kita harapkan seminar ini ada pencerahan mengenai apa sudah dilakukan Indonesia dan strategi apa kira-kira yang harus dilakukan ke depan,” ujarnya.
Pemateri, Mauli Fikr, M.IP., Pengamat Politik Intra Publik menyampaikan bahwa politik bebas aktif merupakan topik yang sangat bagus, karena berbicara tentang pengelolaan pertahanan Indonesia dan sejauh mana kinerja politik Internasional Indonesia.
Ini menjadi salah satu catatan tidak hanya pada dua instansi yang menjadi stakeholder yaitu Kementerian Pertahanan Nasional Indonesia dan Kementerian Luar Negeri Indonesia melainkan juga mendorong publik untuk melihat sejauh mana capaian keberhasilan dari program seluruh kementerian di Indonesia dalam menjaga stabilitas nasional.
Selain itu, juga menjadi indikator bagaimana Indonesia menjadi daya tarik baik dalam sektor pariwisata, energi alam, maupun SDM dalam konteks global karena hal tersebut merupakan tanggung jawab bersama. Indonesia harus proaktif, sejauh mana aktivitas diplomasi bisa menguntungkan Indonesia. “Itu yang disebut dengan Independen dalam konteks internasional. Dan Independen yang dimaksud ada batasan prinsipnya, pancasila harus menjadi instrumen diplomasi, apa yang menjadi permasalahan? Dan apa yang menjadi target dari diplomasi kita hari ini,” ucapnya.
Dia berpesan bahwa mahasiswa tugas besarnya adalah menjalankan tridarma perguruan tinggi yang merupakan tugas mulia. Namun perlu diingat, tugas mulia harus dilakukan secara seimbang. Tidak bisa hanya dilakukan di hilir, di hulu juga perlu dipraktekkan. Kemudian juga penting melakukan pendampingan kebijakan sebagai bentuk penerapan di hulu.
“Kalau di hilir, contohnya seperti melakukan kkn, pengabdian masyarakat, juga merupakan implementasi Tri Dharma Perguruan tinggi. Beliau berharap mahasiswa tidak hanya ada di satu titik, mahasiswa harus berada ditengah sebagai penyeimbang. Kalau ada kebijakan pasti ada dampak, karena kebijakan itu berpihak. Itulah mengapa mahasiswa memiliki tanggung jawab besar untuk mengadvokasi kebijakan dan mendampingi masyarakat,” terangnya.
Di akhir kegiatan, moderator menyampaikan kesimpulan yang dapat diambil mahasiswa yang merupakan agent of change. Politik bukan hanya identik dengan bagi-bagi jatah kursi, bagi-bagi kekuasaan atau tukar menukar kongsi dan kursi, tetapi politik harus berdampak baik terhadap pencapaian cita-cita kebangsaan. Jangan menjadi mahasiswa yang takut untuk berpihak. Dalam arti lain tidak takut mengambil resiko dalam perjuangkan demi kebenaran. [HUMAS UNESA]
Penulis: Nabila Arum
Editor: @zam Alasiah*
Foto : Dokumentasi Reporter Humas Unesa