25 September 2023


Unesa.ac.id, SURABAYA—Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta (PKM-RE), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) meneliti karakteristik polianilin (PANI) sebagai sensor gas benzene, toluene, dan xylene atau gas BTX.
Tim PKM ini terdiri dari Agus Mifthakhul Riska sebagai ketua, dan Nabila Khansa Hanifah, Isbatus Sabillah, dan Lailatus Syafa’ah sebagai anggota. Mereka sudah melakukan penelitian ini sejak Juni-Agustus 2023 di Laboratorium Material, Fisika, Kampus Ketintang.
Agus memaparkan, penelitian itu didapatkan hasil, bahan polianilin memiliki resistansi yang bisa berubah jika berinteraksi dengan gas tertentu. Bahan polianilin berbentuk palet itu dipaparkan dengan gas BTX berkonsentrasi berbeda-beda.
Ketika dipaparkan, ternyata terjadi perubahan resistansi yang mengindikasikan bahwa polianilin sensitif dengan gas-gas tersebut.
Dari campuran itu, ternyata ada perbedaan sensitivitas pada gas benzene, gas toluene, dan gas xylene. Perubahan resistansinya tidak sama. Bahan polianilin sangat selektif terhadap gas-gas tersebut. Hasilnya, polianilin bisa mendeteksi jenis gas berbeda yang dilihat dari perubahan resistansinya.
“Kami masih mencoba meningkatkan sensitivitas polianilin, seperti ditambahkan dengan bahan lainnya, masih dikembangkan lagi agar bisa lebih optimal. Ke depannya bila sudah optimal maka bisa dikomersilkan,” ujar Agus.
Nugrahani Primary Putri, S.Si., M.Si., dosen pembimbing mengatakan, penelitian yang dilakukan mahasiswa bimbingannya itu tergolong baru, dikarenakan selama ini penelitian tentang pengembangan polianilin sebagai sensor BTX masih sangat jarang dilakukan peneliti lain.
"Sebenarnya ini sudah dilakukan mahasiswa fisika angkatan sebelumnya pada 2018. Nah, kali ini Agus dan teman-temannya melanjutkan sekaligus membuat inovasi baru, yaitu dengan mengaplikasikan polianilin sebagai sensor gas BTX berbentuk lapisan tipis seperti serbuk atau palet," bebernya.
Putri menambahkan, keunggulan penelitian ini mengeksplorasi karakteristik dari polianilin sebagai sensor yang bisa diaplikasikan ke perangkat atau alat sensor gas-gas polutan atau gas yang menyebabkan terjadinya polusi atau pencemaran udara.
"Manfaatnya bisa diaplikasikan ke device sensor. Sensitivitasnya sudah bagus dan bisa ditingkatkan lagi. Saat ini pada tahap pengembangan, masih penelitian dasar, bila hasilnya bagus, bisa lanjut ke tahap pengembangan device lalu diterapkan di industri,” bebernya.
Dia melanjutkan, gas BTX termasuk berbahaya bagi kesehatan, terutama bisa merusak sistem organ seperti pernapasan, sistem saraf dan lain-lain. Karena itu, diperlukan cara untuk mendeteksi keberadaan gas tersebut agar tidak menyebabkan berbagai penyakit.
"Paling penting sensor ini bisa digunakan untuk mendeteksi polusi atau udara yang berbahaya. Ketika kandungan gas polutan di udara sudah mencapai ambang batas maka sensor ini akan bekerja. Kita bisa antisipasi misalnya menggunakan masker. Apalagi di perkotaan ya, sensor ini penting bangat," katanya.
Sebagai informasi, penelitian ini lolos pendanaan Direktorat Pembelajaran dan Mahasiswa (Belmawa) skema PKM-RE dengan judul "Karakteristik Bahan Fungsional PANi sebagai Sensor Gas BTX (Benzene, Toluene, dan Xylene)”. [*]
***
Penulis: Fionna Ayu Shabrina
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Tim Humas