27 September 2021


Unesa.ac.id, SURABAYA-Indonesia merupakan salah satu negara penghasil biji kopi terbanyak di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Cita rasa kopi Nusantara sangat variatif, bahkan memiliki kualitas yang mendunia. Salah satu kopi khas tanah air adalah Kopi Ledug yang dibudidayakan dan diproduksi Gapoktan Mitra Karya Tani di daerah lembah, kawasan Ledug, Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Meski sudah dikenal luas lewat promosi dan festival kopi internasional, Mitra Karya Tani masih mengalami beberapa kendala baik dalam proses produksi maupun promosi. Dari sisi produksi, sebagian biji kopi mengalami kerusakan akibat proses penggorengan yang tidak merata dan pendinginan yang masih manual. Jumlah kerusakannya lumayan, yakni bisa 5-6 kg per hari. Jika dirupiahkan, biji kopi yang rusak berkisar Rp600 ribu-Rp700 ribu.
Rancang Mesin Tempering
Untuk membantu Mitra Karya Tani tersebut, dosen Fakultas Teknik UNESA yang terdiri dari Setya Chendra Wibawa, S.Pd., M.T., Dwiarko Nugrohoseno, S.Psi., M.M dan Dyah Riandadari, S.T., M.T., lewat Program Kemitraan Masyarakat yang didanai Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Anggaran 2021 menawarkan solusi dalam bentuk rancang bangun teknologi tepat guna (TTG) berupa pengembangan mesin pendingin biji kopi untuk standarisasi kualitas dan meminimalisir kerusakan hasil penggorengan dan pendinginan.
Mesin tempering yang dirancang tim dosen UNESA tersebut memiliki beberapa kelebihan, yakni proses pendinginan biji kopi lebih cepat yakni hanya sekitar 45 menit, sementara sebelumnya memakan waktu sampai 75 menit. Mesin itu memiliki kapasitas sekitar 280 kg dan berbeda jauh dari kapasitas sebelumnya yakni hanya sekitar 100-125 kg saja. Tentu mesin tersebut sudah otomatis menggantikan sistem pendinginan yang sebelumnya masih manual. Perlatan dan mesin sudah diserahkan kepada ketua Gapoktan Mitra Karya Tani, Widi Prayitno.
Optimalkan Pemasaran Digital
Kemudian dari sisi manajemen pemasaran, upaya mitra juga belum optimal dan cenderung berbasis informasi dari mulut ke mulut. Karena itulah, UNESA melakukan rancang bangun, beri pelatihan dan pendampingan sistem dan media pemasaran produk dengan memanfaatkan teknologi digital seperti website dan media sosial. “Selama ini, sistem pemasaran produk mitra sudah online, tapi belum maksimal, karena itu kita optimalkan agar makin efektif dan efisien,” ujar Setya Chendra Wibawa, Ketua PKM.
Menurutnya, Kopi Ledug selain memiliki cita rasa yang beragam dengan sistem pemetikan dan produksinya yang khas, juga memiliki nilai jual dan peluang sebagai basis wisata. Suasana hamparan perkebunan kopi yang memesona cocok dikembangkan sebagai wisata Kopi Ledug.
Pengembangan Wisata Edukasi Kopi
Ke depannya, Mitra Karya Tani berencana mengembangkan wisata edukasi kopi. Pengunjung selain bisa menikmati varian kopi lereng Gunung Welirang itu, juga bisa merasakan dan belajar langsung mulai dari cara budi daya kopi, roasting, hingga cupping kopi. “Nanti ada kelasnya, pengunjung bisa belajar dan menambah wawasan tentang kopi di sana,” kata Setya Chendra.
Potensi dari perpaduan cita rasa dan wisata edukasi kopi itulah yang menurutnya perlu disebarkan secara luas. Ia berharap, dengan bantuan pemanfaatan teknologi tepat guna dan manajemen pemasaran berbasis teknologi digital itu bisa meningkatkan produktivitas produksi dan menaikkan angka penjualan Kopi Ledug. “Kita niatnya bantu para petani kopi, dan dorong kemajuan bisnis kopi di sana (Prigen, red),” ucapnya.
Kopi Ledug merupakan tumpuan kesejahteraan para petani dan ekonomi masyarakat kawasan Prigen. Ia berharap, bantuan teknologi tepat guna dan pendampingan itu dapat meningkatkan produktivitas Kopi Ledug dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani kopi dan masyarakat kawasan Prigen.
Upaya dan kontribusi UNESA untuk petani kopi Ledug bukan kali ini saja. Sebelumnya, 2012, UNESA juga terlibat dalam riset cita rasa kopi Ledug. “Sinergi dan kontribusi UNESA untuk petani kopi akan terus berlanjut dan berkembang ke tahap berikutnya dan merambat ke bidang-bidang lain,” ucapnya. #KontribusiUnesaUntukIndonesia [Humas UNESA]