15 August 2021


Unesa.ac.id, Surabaya-Setiap orang sukses entah itu pejabat atau pemimpin, tentu memiliki perjalanan hidup yang berliku. Sebagian dari mereka berasal dari keluarga yang sederhana. Pernah jatuh, pun setiap langkah dan keputusannya diwarnai cucuran keringat bahkan air mata. Hal itulah yang juga menjadi warna-warni dalam perjalanan hidup Prof. Nurhasan, M.Kes., yang berasal dari keluarga yang berkecukupan hingga menjadi guru besar dan memimpin UNESA.
Kisah hidupnya itu disampaikan Prof. Nurhasan, M.Kes., pada acara Dosen Magang 2021 bertajuk ‘Satu Langkah Lebih Dekat dengan Cak Hasan, Rektor UNESA’ pada 13 Agustus 2021. Di hadapan 25 dosen muda dari berbagai kampus di seluruh Indonesia, pria yang akrab disapa Cak Hasan itu bercerita bahwa ia terlahir dari keluarga yang tak mampu. Sejak sekolah dasar (SD) orang tuanya tak bisa membayar biaya sekolah. Ia lantas pindah ke SD lain.
Niat masuk di salah satu SMP di Surabaya pun tak mulus dan harus pupus yang kemudian membawanya masuk di salah satu SMP di Pasuruan. Usai menamatkan SMP, ia berharap bisa masuk SMA, tetapi pendaftaran pada saat itu ditutup. Ia kemudian berlabuh di sekolah guru olahraga (SGO). Setelah tamat, lanjutnya, ia bercita-cita menjadi sarjana. Karena keterbatasan biaya, ia kemudian mengambil program diploma, D-2. “Karena ketepaan (kebetulan, red) dapat predikat yang cukup bagus, saya dapat bantuan beasiswa, kemudian mengikuti program transfer ke D-3 hingga ke jenjang S-1,” tuturnya.
Sebenarnya, saat di jenjang D-2, Cak Hasan diangkat menjadi guru ikatan dinas di salah satu sekolah, Pasuruan. Itu pun tak berjalan mulus, sebab ia harus membagi waktu antara mengajar dengan kuliah. Ia berunding dengan kepala sekolah untuk meminta jadwal tiga hari mengajar dan tiga hari kuliah. “Karena tidak diijinkan, ya saya mengundurkan diri dan SK saya kembalikan,” ujarnya sembari tertawan ringan.
Pilihan itu memang berat, tetapi harus diambil. Paling berat lagi adalah meyakinkan orang tuanya yang keduluan senang mendengar anaknya diangkat jadi PNS. “Pegawai negeri kok di lepas,” tukas orang tuanya kala itu. “Gak dilepas pak, ini disuruh rektor kuliah lagi satu tahun,” jawabnya meyakinkan orang tuanya. Dengan niat baik dan demi belajar, menurutnya, akan ada jalan meski memang harus tertatih-tatih menuju kesuksesan.
Demi cita-citanya menjadi sarjana, Cak Hasan terus meyakinkan diri agar tetap tangguh dan kuat menghadapi berbagai tantangan. Karena itu, sewaktu muda, Cak Hasan pernah menjadi kernet angkot, hingga jualan minuman dan makanan ringan di terminal Surabaya. “Ternyata itu adalah fase yang menempa diri saya sehingga bisa seperti sekarang ini,” imbuhnya.
Peluang baik selalu datang untuk orang baik dan yang selalu yakin. Pada saat itu, ada pembukaan kesempatan menjadi asisten dosen di UNESA. Ia kemudian mencoba keberuntungan dan harus bersaing dengan kandidat lain yang termasuk anaknya dekan dan pejabat Unesa kala itu. Setelah melewati seleksi, ia pun diterima.
Di situlah, karir akademiknya bermula, beranjak naik hingga moncer seperti sekarang ini dan memimpin UNESA. Ia menjadi akademisi juga praktisi bidang olahraga serta selalu mengembangkan diri di berbagai kesempatan. “Alhamdulillah, dengan menunjukkan kinerja, juga atas dukungan keluarga dan teman-teman, semua bisa berjalan sesuai harapan meski kadang butuh keringat,” imbuhnya.
Pada acara yang dipandu Dr. Bachtiar S Bachri, M.Pd Ketua LP3 UNESA itu, Cak Hasan membeberkan kunci suksesnya. Pertama, harus yakin, selalu ikhtiar dan ikhlas serta punya empati kepada sesama. Kedua, selalu jujur di mana pun berada. Ketiga tangguh dan bisa kolaborasi untuk mendatangkan manfaat bersama dan untuk orang banyak. “Dengan bersama-sama, saya percaya semua bisa dilewati dengan mudah,” tandasnya.
Selain sharing pengalaman, Cak Hasan juga menyemangati para dosen muda untuk tetap optimis menjadi pendidik yang profesional, mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman serta pandai berjejaring untuk melahirkan banyak kreasi dan inovasi yang bermanfaat untuk lembaga, masyarakat, dan negara. Selain tentang perjalanan hidup sang rektor, peserta juga banyak bertanya dan berdiskusi beragam hal lainnya seputar cultur mendidik dan meneliti di UNESA. (Humas Unesa)