09 November 2020


Unesa.ac.id-Surabaya, Jurusan Bahasa dan Sastra Jerman Universitas Negeri Surabaya bekerja sama dengan Jurusan Bahasa dan Sastra Jerman Universitas Negeri Medan mengadakan “Kuliah Tamu Budaya Jerman Bersama Gana Stegmann”, pada Rabu (28/10).
Gana Stegmann atau yang bernama lengkap Raden Ayu Gaganawati Dyah Panca Harsanti Stegmann adalah seorang wanita Indonesia yang telah belasan tahun tinggal di Jerman dan berkeluarga dengan orang Jerman.
Selain sebagai ibu rumah tangga, ia juga aktif menulis, baik menulis artikel di Kompasiana maupun menulis buku. Hasil karyanya yang telah terbit di antaranya Exploring Germany, dan Unbelievable Germany. Kedua buku tersebut menceritakan bagaimana pengalaman hidup di Jerman termasuk membahas bagaimana budayanya.
Kedua buku inipun sudah pernah dibedah dan diadakan diskusi langsung di Unesa yakni pada tahun 2016 dan 2018 silam.
Menurut Gana, budaya di Jerman layak diapresiasi, baik karakter orangnya maupun kehidupan sehari-hari. Sebab orang-orangnya sangat tepat waktu, disiplin, dan mandiri bahkan untuk bertemu seseorang harus membuat janji terlebih dahulu dan harus datang minimal 5 menit sebelumnya.
“Jangan terlambat, jangan membuang waktu orang lain kemudian menyahlahkan keadaan, kaya mancet dsb,” terang Gana dalam pertemuan via Zoom sore itu.
Di sisi lain, pemerintah Jerman juga menerapkan wajib pajak dan denda guna meningkatkan fasilitas dan bantuan sosial untuk para pengungsi. Ada juga jaminan sosial untuk anak-anak sebagai bentuk perhatian pemerintah agar pertumbuhan penduduk meningkat.
Gana juga menyatakan, di Jerman air kran bisa langsung diminum. Hal ini yang dilakukan Gana selama tinggal di Jeman, karena di sana orang-orangnya suka minum Köhlensäure (minuman yang mengandung soda). Alasannya agar tidak cepat haus.
Jenis makanannya pun sangat berbeda dengan masakan Indonesia, jadi harus masuk sendiri. Untuk orang muslim yang mencari makanan halal, bisa membeli bahan makanan di toko Turki atau bahan yang sudah ada logo halalnya.
Lebih lanjut, Gana menjelaskan bahwa Jerman menjunjung kebebasan individu dengan diakuinya gender D atau gender ketiga (tidak laki-laki , tidak perempuan) dan pernikahan sejenis sudah legal, boleh bekerja di sektor apapun dan bisa mengadopsi anak tanpa adanya diskriminasi.
“Hal ini sangat tabu di Indonesia, tapi di sini mereka pun bisa menjadi seorang Erzieher atau guru TK,” jelas Gana.
Saat ini, lulusan dari Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Semarang, sedang mencari sertifikasi sebagai guru TK (Erzieherin) yang telah dilakukan selama bertahun-tahun di Jerman. Selain mendapat honor yang lumayan, menjadi seorang pengajar memiliki daya tarik sendiri baginya apalagi bertemu dengan anak-anak kecil.
Di sana, menjadi guru TK tidak hanya mengajar pelajaran saja, melainkan mengikuti ketertarikan/bakat anak, mengganti popok, mengganti baju anak, menata meja untuk makan, serta membersihkan mainan anak dan ruangan juga berkebun.
Di akhir acara, Gana berpesan untuk teman-teman yang ingin pergi dan tinggal di Jerman, baik ikut Aupair, Ausbildung maupun menikah dengan orang Jerman, pertama harus bisa bahasa Jerman meskipun levelnya A1 semaikn baik semakin bagus. Kemudian perhatikan bagaimana budayanya, bisa dipelajari lewat Youtube dsb, agar mudah berintegrasi dan tidak telalu culture shock.
Acara kuliah tamu tersebut turut dihadiri Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Dr. Trisakti, M.Si. Ia menyampaikan apresiasi yang tinggi dengan diadakannya acara ini sebagai kesempatan yang luar biasa untuk belajar budaya Jerman dengan Gana Stegmann, yang telah lama tinggal di Jerman.
Selain itu, ia juga mendukung kerja sama antara Unesa dan Unimed sebagai bentuk pembelajaran merdeka belajar dan lebih baik lagi bisa melanjutkan kerja sama di kesempatan lainnya secara tertulis. (meds/sir)