27 June 2020


Unesa.ac.id, Surabaya – Sabtu (27/6) Pusat Studi Literasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Unesa kembali menggelar sarasehan daring seri ke-4 dengan tema Literasi Berimbang dalam Pembelajaran dengan topik Menulis Bersama dan Menulis Terpandu.
Sarasehan daring yang diikuti oleh 2034 pendaftar ini menghadirkan dua narasumber dosen Unesa yakni Dr. Sifak Indana, M.Pd, dosen Biologi sekaligus Wakil Dekan III FMIPA dan Dr. Yuliyati, dosen prodi PGSD.
Rektor Unesa, Prof. Dr. Nur Hasan yang membuka sarasehan mengatakan, topik ini sangat penting karena anak perlu mendapatkan pendampingan tentang bagaimana cara menulis bersama dan menulis terpandu.
“Semoga setelah sesi ini, para sahabat literasi memeroleh gambaran baru yang lebih tepat dalam mengembangkan literasi kepada peserta didik maupun putra-putrinya,” ucap Rektor.
Sifak Indana, dalam pemaparannya menyampaikan bahwa literasi berimbang adalah dasar pengetahuan untuk membangun tentang membaca, menulis, dan berpikir kritis. Karena dari keterampilan membaca dan menulis itu, terangnya, dapat memberikan peserta disiplin ilmu agar dapat membaca dengan nikmat.
Sifak juga menyampaikan bahwa syarat untuk bisa menulis adalah harus bisa membaca. Oleh karena itu, anak yang belum bisa membaca tentu akan sulit jika disuruh untuk menulis.
“Yang pasti, sebelum menulis pasti membaca. Ketika ia belum bisa membaca, lalu kemudian disuruh menulis, maka diyakini sang anak akan merasa kesulitan. Maka yang harus diobati ialah kemampuan membacanya terlebih dahulu,” ungkap Sifak ketika menjawab salah satu penanya.
Yuliyati melanjutkan dengan memaparkan materi tentang Literasi terpandu. Ia mengatakan, sebelum anak mampu menulis mandiri, tentunya anak harus dipandu terlebih dahulu. Menulis terpandu, jelas Yuliyati, dilakukan agar siswa mampu menulis mandiri. Dengan cara itu, siswa dapat membangun kepercayaan diri dan guru juga dapat memberikan umpan balik langsung.
“Sasaran utama untuk menulis terpandu ini ialah siswa yang belum dapat menguasai materi dengan baik, juga bagi siswa berkebutuhan khusus,” papar Yuliyati. (pai/sir)