20 July 2022


Unesa.ac.id, SURABAYA-Trauma healing secara bertahap dilakukan Satuan Mitigasi Crisis Center (SMCC) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) untuk memulihkan kondisi mental para siswa dan guru SMP Labschool Unesa 2 Surabaya yang terlibat dalam kecelakaan di Tabanan, Bali, Juni lalu.
Trauma healing tersebut memasuki tahap akhir pada Rabu, 20 Juli 2022. Pada fase ini, tim SMCC fokus melakukan resiliensi atau penguatan kemampuan individu untuk pemulihan keadaan yang menekan dan mampu beradaptasi dan bertahan dari kondisi tersebut.
Ketua Divisi Mitigasi Kebencanaan, Aghus Sifaq, S.Or., M.Pd., mengatakan bahwa perjalanan konseling untuk para siswa dan guru memang dilakukan secara bertahap. Konseling pertama dilakukan pada 21 Juni 2022 yang berfokus pada konseling individu, kelompok dan orang tua.
Konseling kedua yaitu dilaksanakan pada 24 Juni 2022 dan ketiga dilakukan pada 27 Juni 2022. Dua tahap tersebut masing-masing merupakan konseling lanjutan 1 dan lanjutan 2. Kemudian konseling tahap keempat dilakukan kemarin, Selasa, 19 Juli 2022. Kegiatannya dalam bentuk fun sport. “Hari ini konseling yang terakhir atau tahap resiliensi,” ujarnya.
Untuk kegiatan fun sport berlangsung di halaman SMP Labschool UNESA 2 Surabaya, Jalan Raya Kampus Unesa, Ketintang yang dihandle langsung divisi kebencanaan SMCC. Kegiatan ini melibatkan tiga relawan yang berasal dari mahasiswa UNESA sendiri.
Fun sport ini meliputi game bintang beralih, pohon dan tupai, pindah bola, dan rantai berjalan. “Game ini bertujuan untuk memberikan kebugaran siswa, menghilangkan trauma saat tragedi kecelakaan di Bali, melatih kesabaran, dan dapat melatih fokus atau konsentrasi siswa. “melatih fokus ini bermanfaat ketika siswa menghadapi pelajaran di kelas,” ucap Aghus.
Kemudian untuk kegiatan resiliensi melibatkan semua jajaran SMCC, bahkan dihadiri Ketua SMCC Dr. Diana Rahmasari, S.Psi., M.Si. Menurutnya, dari berbagai tahapan trauma healing yang dilakukan para siswa, guru bahkan orang tua sudah kembali pulih dan bisa beraktivitas belajar atau pembelajaran seperti biasanya.
“UNESA punya prosedurnya sendiri dalam hal penanganan trauma healing. Setiap tahap ada kegiatannya sendiri dan ada tujuannya sendiri. Tidak bisa asal-asalan. Bermain pun misalnya tidak sembarang bermain, tetapi ada cara dan pendekatannya sendiri. Tidak hanya kecelakaan, bahkan bencana pun begitu yang semuanya punya prosedur penanganan lewat timnya masing-masing,” bebernya.
Ardhiyanti Lintang, guru BK berharap setelah mendapatkan treatment dari SMCC, para siswa bisa have fun, refreshing otak dan kembali berkegiatan sebagaimana biasanya tanpa dibayang-bayangi tragedi kecelakaan tersebut. [HUMAS UNESA]
Penulis: Fionna Ayu Shabrina
Editor: @zam Alasiah*