08 July 2022


Unesa.ac.id, SURABAYA - Penyelenggaraan ASEAN Para Games XI 2022 tinggal menghitung hari. Karena itu, Universitas Negeri Surabaya melakukan sejumlah persiapan dan mematangkan berbagai sumber daya di berbagai cabang olahraga (cabor). Dalam cabor bulu tangkis misalnya, UNESA mengadakan 3rd International of Webinar Sport Exercise: Towards Asian Para Games XI Indonesia 2022 akhir pekan lalu.
Sebagai narasumber, hadir para pakar seperti Prof. Dr. Shamsul Azhar Shah, Ph.D., Chief Classifier World Para Badminton, Rima Ferdianto, S.T., Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) NPCI dan Dr. Mochammad Purnomo, M.Kes, Kepala Divisi Sport Science Satinov UNESA.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Agus Hariyanto, M.Kes., mengatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan bagian dari persiapan untuk menyambut perhelatan olahraga se-Asia Tenggara tersebut. “Kita dukung sama-sama olahraga ini, semoga lancar dan putra-putri terbaik tanah air bisa memberikan yang terbaik untuk merah putih,” ujarnya.
Menurutnya, pesta olahraga baik itu yang difabel maupun umum tidak bisa dibeda-bedakan. Kasta olahraganya sama, bergengsinya juga sama pun cita-cita dan tujuan penyelenggaraannya juga sama. “Semua punya kesempatan untuk berkembang dan meraih prestasi, termasuk teman-teman difabel yang dalam perhelatan olahraga tingkat Asia maupun dunia selalu meraih prestasi membanggakan,” ujarnya.
Dia menambahkan, teman-teman difabel bisa menjadi versi terbaiknya masing-masing sekaligus mematahkan segala ketidakmungkinan yang disematkan kepada mereka selama ini. “Kami memang berfokus untuk mengembangkan dunia olahraga di Indonesia, tidak terkecuali olahraga bagi penyandang disabilitas,” tandasnya.
Prof Shamsul Azhar Shah memberikan overview klasifikasi tentang para badminton. Ia menjelaskan, dalam olahraga atlet dikelompokkan berdasarkan tingkat keterbatasan aktivitas akibat penyakit hingga taraf tertentu, serupa dengan mengelompokkan atlet berdasarkan jenis kelamin atau berat badan.
Klasifikasi bertujuan untuk meminimalkan dampak gangguan pada kinerja atlet dan keunggulan olahraga. Selain itu agar persaingan ini lebih adil dan perhelatannya makin kompetitif. Dia menambahkan, atlet yang memenuhi syarat untuk bersaing dalam olahraga dikelompokkan. Alasannya karena olahraga menuntut kegiatan yang berbeda, dampak cedera pada setiap olahraga juga berbeda.
Lebih lanjut, manfaat klasifikasi lainnya yakni mengetahui kelas dan praktik. Setelah terbiasa dengan kelas olahraga, atlet dapat melihat kekuatan dan kelemahan lawan “Berlatih sesuai dengan keterbatasan terutama untuk pelatih, mengetahui apa saja yang ditingkatkan dalam kondisi keterbatasan, ilmu di balik kondisi itu sangat penting,” tambahnya.
Ada tiga langkah klasifikasi yang perlu diketahui. Pertama, para atlet digolongkan oleh golongan yang bekerja sama dalam kelompok yang terdiri dari dua atau tiga kelompok. Kedua, mengevaluasi seorang atlet dengan panel klasifikasi yang mempertimbangkan proses para atlet, derita akibat cedera dan evaluasi. Ketiga, memenuhi kriteria minimum untuk olahraga dan kelas yang cocok untuk atlet.
Selain itu, terdapat gangguan yang memenuhi syarat dalam kompetisi bulu tangkis. “Gangguan ini seperti hypertonia, ataxia, athetosis, anggota tubuh dan lainnya. Kondisi kesehatan yang menyebabkan hypertonia, tidak terbatas pada cerebral palsy (CP), stroke, cedera otak, multiple sclerosis,” ungkapnya.
Rima Ferdianto mengatakan bahwa Asean Para Games XI Solo 2022 dimulai akhir Juli 2022 yang melibatkan kurang lebih 2.000 atlet dan official. Selain itu sebanyak 11 negara terlibat dalam 14 cabor yang dipertandingkan. Venue olahraga bergengsi tersebut yaitu Surakarta, Semarang, Karanganyar dan Sukoharjo. “Indonesia sendiri menargetkan kurang lebih 104 medali emas. Ini target kita bersama dan semoga tercapai lewat kerja keras, komitmen kita bersama,” harapnya. [HUMAS UNESA]
Penulis: Madina
Editor: @zam Alasiah*
Foto: Dokumentasi Reporter Humas Unesa