27 April 2022


Unesa.ac.id, SURABAYA - Pusat Bahasa Mandarin Universitas Negeri Surabaya (UNESA) mengadakan seminar nasional dengan tema "Ramadhan di Tiongkok" di Markas Pusat Bahasa Mandarin di Jalan Prof. Dr. Moestopo No. 4 Surabaya pada Rabu, 27 April 2022.
Kepala Pusat Bahasa Mandarin UNESA, Catur Supriyanto, M.Kes., Ph.D., menyampaikan bahwa acara tersebut bertujuan untuk meneropong lebih dekat dan memahami bagaimana suasana dan tradisi Ramadhan kaum muslim di Tiongkok. Itu diharapkan bukan hanya sekadar mengetahui tradisi muslim di bulan ramadhan di sana.
Lebih jauh peserta mendapatkan gambaran situasi dan perkembangan masyarakat di sana. Tentu ini dapat membantu bagi peserta yang hendak menempuh pendidikan di Tiongkok. “Dari pemateri ini nanti kita dapat memahami tentang studi dan perkembangan negara dengan ibu kota Beijing ini secara langsung,” ujarnya.
Abdul Muin, S.Pd., Alumni FIO UNESA sekaligus Ketua Divisi Olahraga Perhimpunan Mahasiswa Muslim Indonesia Shanghai (Permusim) 2020 menceritakan bahwa selama menjadi mahasiswa di Tiongkok. Kendati muslim minoritas, tetapi banyak yang mengadakan acara buka bersama dari perkumpulan para mahasiswa muslim yang berkuliah di Shanghai, Tiongkok.
“Perkumpulan itu seperti Ramadhan Shanghai Tiongkok, Bukber KJRI, Bukber Kemerdekaan. Tidak hanya itu tetapi juga pelaksanaan tarawih serta lebaran yang terlaksana di Shanghai, Tiongkok juga dilakukan secara bersama-sama. Kekeluargaan sangat terasa,” paparnya.

Hal itu juga diungkapkan Su'udut Tasdiq S.IH, L.L.M., Founder Permusim Shanghai. Baginya, menjalani bulan Ramadhan di Tiongkok memberikan pengalaman spiritual tersendiri baginya. Tiongkok merupakan salah satu negara di mana muslim sebagai minoritas dan memiliki musim yang terbilang ekstrim. Kendati demikian, ada kejelasan antara mana makanan yang haram dan mana yang halal. “Pengalaman seperti ini memberikan penguatan secara spiritual dan Ramadhan terasa lebih bermakna,” ucapnya.
Erlina Anggraini, S.Psi.I, M.I.d., Pengurus PCINU Tiongkok 2018-2020 dan merupakan mahasiswa North East University Changchun menyampaikan bahwa ada tantangan sendiri menjalani puasa di Tiongkok. Puasanya lebih panjang ketimbang di Indonesia, lamanya sampai 17 jam.
Puasa di sana, lanjutnya, memiliki kenikmatan tersendiri karena berpuasa di lingkungan minoritas serta di Tiongkok tetap memiliki masjid dan buka bersama di masjid-masjid yang ada di Kota Changchun. Acara tersebut dimoderatori Muhammad Farhan Masrur, S.Pd., MTCFL. Dosen Bahasa Mandarin UNESA dan dihadiri sejumlah peserta dari kalangan mahasiswa. [Humas UNESA]
Penulis : Muhammad Haikal
Editor : @zam*