23 December 2021


Unesa.ac.id, SURABAYA-Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya (FBS UNESA) meluncurkan sebanyak 41 buku sekaligus pada Rabu, 22 Desember 2021. Karya para dosen dan pakar FBS itu diluncurkan secara daring dan dikemas dalam bentuk diskusi yang dihadiri pakar dan jajaran tinggi fakultas.
Peluncuran Buku FBS Unesa 2021 merupakan salah satu rangkaian peringatan Dies Natalis ke-57 UNESA yang digagas Guru Besar Ilmu Sastra UNESA Prof. H. Setya Yuwana Sudikan, M.A. Adapun narasumber hadir yaitu; Prof. Dr. Tadjur Ridjal, M.Pd., Dr. Bambang Sadana, Dr. Fauzan, M.Pd., Prof. Dr. Wahyudi Siswanto, dan Eka Budianta.
Para narasumber memberikan testimony terkait proses kreatif hingga gambaran umum buku-buku yang diluncurkan tersebut, di antaranya Etnografi Seri 1, Etnografiseri 2, Etnosains Nusantara, Budi Dharma dan Kenangan Murid Kultural Budi Darma.
Dekan FBS UNESA, Dr. Trisakti, M.Si., menyatakan bahwa suatu kebanggan tersendiri bagi FBS dapat memberikan kado berupa karya-karya terbaik untuk UNESA dan bangsa Indonesia. “Hari ini sangat monumental bagi keluarga besar civitas academica FBS, bertepatan dengan perayaan Dies Natalis ke-57 UNESA, perayaan Hari Ibu dan Hari Ulang Tahun Guru Besar FBS UNESA, Pak Setya Yuwana Sudikan,” ujarnya.
Trisakti menambahkan, Dies Natalis ke-57 UNESA bertema ‘Tangguh, Kreatif dan Inovatif’ dapat menjadi semangat untuk makin berkarya. Ia juga member ucapan Selamat Hari Ibu kepada para perempuan penulis yang turut menyumbang karya dan turut member doa serta harapan terbaik kepada Gubes Ilmu Sastra, Prof. Setya Yuwana di hari ulang tahunnya.
Sementara itu, Prof Setya Yuwana sebagai penggagas acara menyatakan bahwa ide meluncurkan buku secara kolektif tersebut muncul begitu saja baru-baru ini. “Idenya belum terlalu lama, jadi dalam waktu singkat kami kumpulkan buku milik para dosen. Saya menyayangkan ketika melihat banyak buku dari teman-teman dosen yang belum sempat dirilis,” terangnya.
Guru Besar Ilmu Sastra tersebut memotivasi para akademisi untuk terus mengembangkan diri dan berkarya salah satunya dengan menulis buku. Karena baginya, hidup harus punya arti untuk orang lain, salah satu cara untuk menghadirkan arti hidup adalah lewat karya dan kontribusi positif bagi orang banyak.
Dalam sesi diskusi, Prof Tadjur Ridjal memberikan testimoninya terkait buku ‘Etnosains Nusantara’ karya Setya Yuwana. Menurutnya, buku tersebut cukup berpengaruh dan menghadirkan kajian Etnosains dengan kemasan dan sudut pandang yang menarik. Kajian Etnosains termasuk baru dan baginya itu dapat makin memperluas cakrawala pemikirannya dan masyarakat. “Etnosains pada akhirnya bermuara pada nilai-nilai kemanusiaan,” ucapnya.
Sementara itu, Bambang Sadana juga membahas karya sahabatnya, Setya Yuwana Sudikan yang berjudul ‘Buku Pintar Seorang Penulis’. Menurutnya, Setya Yuwana adalah sosok yang konsistensi dalam berkarya. Baginya, para akademisi dikenal karena tulisan atau karyanya. “Sejak dulu sampai sekarang memang konsisten memandu cara menulis ilmiah maupun non akademis,” terangnya.
Fauzan menyatakan bahwa ia kagum dengan sosok Setya Yuwana Sudikan yang tidak lain adalah dosennya sewaktu kuliah dulu. Ia juga mengapresiasi semangat dosennya itu dalam berkarya dan merilis dua seri buku Etnografi. “Bagi saya, beliau (Setya Yuwana Sudikan, red) adalah sosok yang idealis serta realistis dan punya gaya tulisan yang lugas,” ungkap Rektor UMM itu.
Prof Wahyudi Susanto, salah satu penulis kumpulan esai ‘Murid Kultural Budi Darma’ mengungkapkan kekagumannya pada sosok Budi Darma. Ia mengenang awal pertemuannya dengan Budi Darma di tahun 1998 pada seminar di salah satu kampus swasta di Surabaya. Hingga akhirnya ia menulis tesis yang meneliti tentang seluruh karya Budi Darma.
Hal yang sama juga diungkapkan Eka Budianta. Menurutnya, pengaruh Budi Darma dalam dunia kesusastraan sudah tidak diragukan lagi. Menurutnya, tulisan Budi Darma berdampak luas pada daya guna yang membantu generasi masa depan memandang dan memaknai hidup. “Mengutip Prof. Suyatno, pada 2023 nanti, melalui sistem komputasi Budi Darma, anak muda akan punya banyak pilihan variasi komputasi. Dapat menjadi jembatan masa lalu dan kepentingan masa depan,” pungkasnya. [Humas UNESA]
Reporter: Rifqi
Editor: @zam*