17 June 2020


Unesa.ac.id, Surabaya- Sebagai mahasiswa yang akan terjun di tengah masyarakat, mengasah softskill melalui organisasi sangatlah penting. Oleh karena itu, mahasiswa perlu mengikuti organisasi di lingkungan kampus sebagai wadah mengembangkan softskill. Hanya saja, mahasiswa yang aktivis kampus harus mampu menyeimbangkan seabrek kegiatan non akademik yang dijalankannya agar tidak mengganggu kegiatan akademiknya.
Hal itulah, yang dibahas dalam kegiatan Talkshow dengan tema “Dulu Aktivis Kampus, Bagaimana Setelah Lulus?” yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa FIO Unesa pada Senin (15/06) pukul 15.00 melalui Google Meeting.
Empat narasumber dihadirkan dalam talkshow tersebut. Mereka adalah Habibi Hadi Wijaya, S.Or, M.Pd, dosen Universitas Singaperbangsa Karawang yang pernah menjadi Ketua BEM FIK 2007-2008, Paramandana Cattra W, S.Pd, C.NNLP, CPC, yang pernah menjadi Ketua BEM FIK 2015-2016, Ardian Aji Pranata, S.Or, Wakil Menteri dalam negeri BEM Unesa 2019-2020, dan Febryansah Gilang Aris Pradana, S.Pd, Ketua BEM FIO 2019-2020.
Menjadi aktivis kampus memang kerap terbentur masalah perkuliahan. Namun, agar hal itu tidak terjadi, Habibi memberikan strategi kepada aktivis kampus agar perkuliahannya tidak terganggu. Pertama, tidak menunda tugas perkuliahan. Setiap ada tugas harus langsung dikerjakan dan jangan menunda-nunda. Kedua, berkomunikasi secara baik dengan dosen. Ketiga, membagi waktu antara organisasi dengan akademik.
Paramandana Cattra menambahkan, ikut organisasi ibarat membayar suatu barang yang mahal. Pasti akan memilih barang yang bagus dan banyak. Oleh karena itu, agar keikutsertaan berorganisasi mendapat manfaat, maka harus dilakukan dengan ketulusan hati dan mampu membagi antara perkuliahan dan keorganisasian.
Sementara itu, Ardian Aji mengakui bahwa tidak semua aktivis kampus mampu membagi waktu dengan baik antara perkuliahan dan seabrek aktivitas di oganisasi. Ia mengatakan pada awal perkuliahan sebelum mengenal organisasi, nilainya bagus. Tapi, ketika sudah mengenal organisasi Ardian kurang mampu mengatur waktu sehingga mengakibatkan nilai akademiknya aturun. Namun, perlahan-lahan karena sudah adaptasi, nilai akademiknya dapat naik lagi.
“Pada awal-awalnya, mahasiswa yang aktif berorganisasi akan mengalami kendala dalam proses perkuliahan. Oleh karena itu, diperlukan adaptasi terlebih dahulu sehingga lama-kelamaan akan menjadi seimbang antara perkuliahan dan aktivitas organisasi,” jelas Ardian
Mengikuti organisasi jelas memberikan keuntungan tersendiri. Habibi menjelaskan ada 5 keuntungan yang didapat saat berorganisasi. Pertama mengasah softskill, kedua memperluas jaringan, artinya tidak hanya teman yang berasal dari fakultas maupun dari lingkup kampus saja, melainkan juga teman dari kampus., ketiga mempertajam bakat artinya tidak hanya bakat dalam satu keahlian melainkan bakat lain seperti menulis laporan atau lainnya, keempat mempraktikkan teori artinya ketika teori yang telah diajarkan pada perkuliahan, organisasi lah tempat kita memprektekkan teori tersebut.
“Kelima menambah daftar pengalaman pada Curriculum Vitae ketika akan melamar pekerjaan, artinya semakin banyak pengalaman pada organisasi, semakin banyak pula peluang diterima,” ujar Habibi
Pentingnya organisasi pun dibahas oleh Gilang. Ia mengatakan, organisasi itu penting bagi mahasiswa, tetapi bergantung pada tujuan mahasiswa sendiri dalam mengikuti organisasi.
“Jika ikut organisasi tanpa tujuan jelas akan mengakibatkan kita terombang-ambing didalamnya, tujuan dari teman-teman pasti berbeda beda sehingga perlunya tujuan yang jelas dan ketulusan hati dalam menjalani,” imbuh Gilang.
Sama halnya dengan pendapat Gilang, Cattra lebih menganalogikan organisasi itu dengan fasilitas atau kendaraan. “Hal yang terpenting harus ditentukan dulu tujuannya, ketika sudah tahu tujuannya, otomatis teman-teman akan membuat rencana dan tahapan untuk mencapainya, salah satunya fasilitas atau kendaraan yang disebut organisasi,” pungkasnya. (esti/sir)